Saya pun buru-buru membuka blog saya untuk mencari artikel lama saya itu dan membandingkannya dengan yang di koran itu. Sementara tulisan di koran itu tak sulit dicari karena tulisan itu menempati halaman pertama. Saya pun membaca dengan seksama dengan tempo secepat-cepatnya. Di awal dan tengah-tengah artikel yang saya baca tak ada masalah, namun di akhir tulisan itu, saya baru mulai mencium ”aroma” dan ”rasa” tulisan saya dua tahun lalu seperti tulisan saya di blog. Dan benar juga, tiga paragraf terakhir dari tulisan itu adalah comotan dari tulisan saya. Sama persis tanda baca maupun kata-katanya, hanya sedikit dimodifikasi saja dari sang "wartawan", sehingga seolah-olah ada wawancara! Bandingkan dengan tulisan saya sebelumnya di sini dengan kutipan tulisan di bawah ini.
Its ok! Tak ada masalah bagi saya meskipun ditelan mentah-mentah tanpa menyebut sumber atau link. Saya justru senang tulisan saya dibaca dan digunakan orang banyak. Setidak-tidaknya cita-cta saya yang dulu berkeinginan menjadi wartawan [dan sampai sekarang tak pernah kesampaian :) ], sudah diwakili oleh wartawan copy paste dari koran lokal itu. Namun terkadang dilubuk hati yang terdalam terasa kurang sreg saja setiap kali ada tulisan saya di-copy mentah-mentah tanpa mencantumkan sumbernya. Apalagi tujuan meng-copy itu terkait dengan profesi dan dekat dengan tujuan komersial. Sepengetahuan saya iklan koran ini cukup bejibun, masak masih harus mencuri-curi kayak gini.
Saya sangat menghargai kalau ada pihak-pihak yang mengutip semua atau hanya sebagian tulisan saya yang tak bermutu ini dengan mencantumkan sumber atau link. Cukup itu saja, tak perlu minta ijin langsung kepada saya.
Media yang profesional dengan profit oriented sudah selayaknya mempunyai crew yang bekerja secara profesional, tak asal-asalan. Saya jadi curiga jangan-jangan berita-berita yang tertulis selama ini tidak akurat karena tanpa penelusuran, hanya mengira-ngira saja. Semoga saja kecurigaan saya ini tidak benar.
Ini bukan kejadian pertama kali, ada beberapa koran yang wartawannya juga meng-copy lebih dari beberapa artikel di blog saya menjadi sebuah berita tanpa ada sumber link-nya. Begitu juga artikel utuh saya pernah dimuat di koran dengan klaim nama orang lain.
Sebagai orang ladang dengan kemampuan dan informasi yang terbatas, apalah daya saya. Saya tak akan mempersoalkan terus masalah ini. Toh sejatinya semua tulisan saya adalah tulisannya orang yang baru belajar, bukan tulisan orang profesional. Menulisnya pun sekadarnya saja untuk mengisi waktu luang disela-sela mencangkul di ladang.
Jadi tulisan saya itu tulisan gak terlalu bermutu dan gak terlalu penting untuk dibaca. Namun kalau ada yang menjiplak tanpa kulonuwun, kayaknya lebih tidak bermutu lagi deh tulisan itu!
11 Komentar
Telepon saja wartawannya mas... biar dia lebih ber-Etika dalam mengambil sebuah tulisan. Jika tidak mencantumkan sumber, setidak-tidaknya dia kan bisa minta ijin ke sampean dulu.. ya kan?
BalasHapusDi akhir tulisan tu biasanya ada inisialwartwannya. Telpon aja ke Radar-nya.... minta dihubungkan ke wartawannya. Khawatirnya kalau dibiarkan bakalan tuman...
Makanya Cak, kalo nulis itu jangan terlalu bagus. Gitu akibatnya, dikopipes sama orang... hehehe...!!!
BalasHapusBTW, piye kabare??? Wis balik nJombang ta???
sabar cak sabar...
BalasHapusartinya tulisan sampeyan tuh bagus tenan sampe dijiplak :D
Kalau saya mau copas tulisan bapak, saya izin dulu yah pak...?? :) salam kenal... Bolehlah saya belajar bertani dengan bapak. Terimakasih..
BalasHapushiiiiiiiiii...kok radar mojokerto jahat ya...
BalasHapuswah payah neh ... harusnya bener diuber ampe ke akherat... klo saya jadi sampean sudah tak uber-uber... wis babah entek akeh pulsane... ato klo perlu brangkat ke graha pena markas besar jawa pos..
BalasHapushargai diri sndiri dunk... masak ditilep diem ajah...
Oh..kasus yang seperti ini...Saya juga pernah mengalami...
BalasHapusJadi memang...koran yang anda sebut itu, kerja wartawannya seperti itu, bukan dugaan bagi saya...Mungkin rata-rata mereka
Yang lebih memalukan. Mereka itu kan untuk profit...Sangat tidak profesional. Profesional yang saya maksud, seperti pemain sepakbola yang digaji hanya untuk main sepak bola tidak boleh nyambi. Mereka itu nyambi...
paculen ae mas wartawane sak redakture....he he
BalasHapusItu plagiat namanya, Cak. Nggak boleh itu, sebab bagaimanapun sesorang yang mengutip apalagi menyalin tulisan orang lain harus mencantumkan nama penulisnya.
BalasHapusNamun, ada hikmahnya, Cak. Itu menunjukkan kualitas tulisan dan pemikiran sampean. Coba kalau nggak mutu, mana ada yang mau ngutip. Ya Nggak.
Terus mencangkul Cak, saya suka melihat hasilnya.
ihhh.... hina banget tuh wartawan.. kok mirip malaysia sich...
BalasHapuswartawannya culik aja trus dilempar ke laut....wkwkwk, makan gaji buta tuh...
BalasHapusThanks for your visiting and comments!