BEBERAPA waktu lalu kita disuguhi berita menarik, mungkin juga menjengkelkan dan memuakkan, yaitu “dialog bangsat” antara Ruhut Sitompul dan Gayus Lumbun, keduanya anggota DPR yang (katanya) terhormat dan tergabung dalam Pansus Century, masing-masing dari Partai Demokrat dan PDIP. Saya hanya membayangkan, seandainya Gus Dur masih sempat melihat “dagelan” anggota DPR ini pasti akan mengeluarkan “fatwa” lagi, seperti ketika ia mengeluarkan “fatwa” bahwa DPR kayak anak TK. Dan inilah “dialog bangsat” itu yang saya dapatkan dari harian Jawa Pos, edisi 7 Januari 2010.
RUHUT: Anda sebagai pimpinan harus tegas, jangan molor-molor gini.
GAYUS: Ada waktunya Anda menyampaikan pendapat internal dan eksternal, yang ini cukup.
RUHUT: Oke, tapi kalau begitu pimpinan, kita konsekuen, sampai jam 4 pagi pun oke. Aku sampai seminggu di sini juga siap. Buktinya, aku duduk terus. Jangan nanti Anda tanya terus nanti Anda keluar. Saya gak setuju.
GAYUS: Anda minta saya keluar?
RUHUT: Enggak, Saudara jangan marah-marah. Kemarin Anda sudah marahi saya terus keluar.
GAYUS: Memangnya Anda melihat saya keluar?
RUHUT: Oke, jangan marah-marah, sebentar, aduh marah-maraaah, kamu ini professor. Aku ini nggak professor, tapi nggak marah-marah.
GAYUS: Anda jangan kurang ajar nyebut professor.
RUHUT: Saya nggak ngomong kurang ajar. Terima kasih bos.
GAYUS: Jangan kurang ajar kau.
RUHUT: Kau yang kurang ajar. Kenapa, nggak senang, kau lempar palu ke aku.
GAYUS: Sudah, sudah, harusnya Pansus menegur Ruhut supaya dikembalikan ke fraksinya karena selalu bikin gaduh.
RUHUT: Apa urusannya. Kau PDIP, aku Demokrat. Aku hanya ingin fair, PDIP sudah banyak. Fraksi lain hanya 20 menit, mentang mentang….. terima kasih.
GAYUS: Hak pimpinan sangat penuh untuk mengatur. Anda jangang mengacaukan rapat ini.
RUHUT: Di sini sama kita pimpinan. Terima kasih, profesor.
GAYUS: Sudah, kamu sudah.
RUHUT: Ya sudah, jangan ngoceh lagi.
GAYUS: Saya tanya, sudah belum? Yang mimpin saya, bukan Anda.
RUHUT: Sesama anggota pansus, kita berdiri sama tinggi.
GAYUS: Siapa bilang tinggi aku sama kau.
RUHUT: Idrus Marham, tolong ambil alih dulu nih, Wakil Saudara ini sudah mulai aneh-aneh.
GAYUS: Diam kau!
RUHUT: Jangan bilang diam.
GAYUS: Satu kalimat, diam kau!
RUHUT: Kau yang diam bangsat!!!
GAYUS: Hei, Anda menyebut kata-kata kotor untuk pimpinan.
RUHUT: Heh, Anda apa dari tadi nggak kotor. Anda gak boleh begitu.
GAYUS: Diam kau.
Demikian sebagian dari “dialog bangsat” itu. Silahkan memberi penilaian dan kesimpulan sendiri atas perilaku anggota dewan yang (katanya) terhormat yang menjadi pilihan Anda ini.
RUHUT: Anda sebagai pimpinan harus tegas, jangan molor-molor gini.
GAYUS: Ada waktunya Anda menyampaikan pendapat internal dan eksternal, yang ini cukup.
RUHUT: Oke, tapi kalau begitu pimpinan, kita konsekuen, sampai jam 4 pagi pun oke. Aku sampai seminggu di sini juga siap. Buktinya, aku duduk terus. Jangan nanti Anda tanya terus nanti Anda keluar. Saya gak setuju.
GAYUS: Anda minta saya keluar?
RUHUT: Enggak, Saudara jangan marah-marah. Kemarin Anda sudah marahi saya terus keluar.
GAYUS: Memangnya Anda melihat saya keluar?
RUHUT: Oke, jangan marah-marah, sebentar, aduh marah-maraaah, kamu ini professor. Aku ini nggak professor, tapi nggak marah-marah.
GAYUS: Anda jangan kurang ajar nyebut professor.
RUHUT: Saya nggak ngomong kurang ajar. Terima kasih bos.
GAYUS: Jangan kurang ajar kau.
RUHUT: Kau yang kurang ajar. Kenapa, nggak senang, kau lempar palu ke aku.
GAYUS: Sudah, sudah, harusnya Pansus menegur Ruhut supaya dikembalikan ke fraksinya karena selalu bikin gaduh.
RUHUT: Apa urusannya. Kau PDIP, aku Demokrat. Aku hanya ingin fair, PDIP sudah banyak. Fraksi lain hanya 20 menit, mentang mentang….. terima kasih.
GAYUS: Hak pimpinan sangat penuh untuk mengatur. Anda jangang mengacaukan rapat ini.
RUHUT: Di sini sama kita pimpinan. Terima kasih, profesor.
GAYUS: Sudah, kamu sudah.
RUHUT: Ya sudah, jangan ngoceh lagi.
GAYUS: Saya tanya, sudah belum? Yang mimpin saya, bukan Anda.
RUHUT: Sesama anggota pansus, kita berdiri sama tinggi.
GAYUS: Siapa bilang tinggi aku sama kau.
RUHUT: Idrus Marham, tolong ambil alih dulu nih, Wakil Saudara ini sudah mulai aneh-aneh.
GAYUS: Diam kau!
RUHUT: Jangan bilang diam.
GAYUS: Satu kalimat, diam kau!
RUHUT: Kau yang diam bangsat!!!
GAYUS: Hei, Anda menyebut kata-kata kotor untuk pimpinan.
RUHUT: Heh, Anda apa dari tadi nggak kotor. Anda gak boleh begitu.
GAYUS: Diam kau.
Demikian sebagian dari “dialog bangsat” itu. Silahkan memberi penilaian dan kesimpulan sendiri atas perilaku anggota dewan yang (katanya) terhormat yang menjadi pilihan Anda ini.
6 Komentar
ruhut sama saja
BalasHapusMerasa sama sekali tidak pernah mencoblos salah satu dari di antara mereka.... :D
BalasHapusyah..inilah bukti ucapan Gus Dur dulu yang bilang kalo DPR itu kayak anak TK. hehehe
BalasHapus@secangkir teh dan sekerat roti: sama gimana maksudnya?
BalasHapus@Fiz: sama Fiz, Golput!
@Elsa: yup, betul, pinter Bu Elsa :)
bangsat semua, lihat tontonan kemarin!
BalasHapuswis-wis lupakan DPR
BalasHapusThanks for your visiting and comments!