Jelas ini membuat posisi ekonomi-petani tak menguntungkan. Salah satu
akibatnya adalah ketika panen petani seringkali menjadi bulan-bulanan
tengkulak yang relatif lebih menguasai informasi. Mereka tidak mempunyai
bargaining power yang kuat untuk menentukan harga produk yang dihasilkannya akibat keterbelakangan informasi harga.
Atas dasar itulah, salah satu jalan untuk menciptakan keseimbangan
informasi dan membuka akses informasi adalah dengan usaha pemberian
layanan komunikasi dengan telepon seluler yang khusus untuk petani. Hal
ini bukanlah ”latah-latahan” setelah pemerintah merencanakan akan
membekali HP buat para TKI beberapa waktu lalu yang sempat menyita
perhatian kita.
Peran Strategis
Di era informasi saat ini peran seluler bagi petani sangat penting,
strategis dan tepat untuk mendorong produktivitasnya dan peningkatan
kesejahteraan ekonominya. Dengan tarif dan harga telepon seluler yang
relatif murah saat ini, rasanya terlalu naïf kalau kita masih menunggu
pembangunan jaringan telepon kabel masuk pelosok desa. Apalagi kondisi
geografis Indonesia yang beragam, luas dan terpencar-pencar. Toh akhir-akhir ini pasar seluler mengalami perkembangan yang pesat. Booming seluler
telah menjangkau penduduk yang tinggal di kawasan pelosok-pelosok desa
termasuk petani-petani yang berada jauh dari pusat informasi.
Tower-tower seluler berkembang dan bahkan mencaplok lahan-lahan
pertanian. Tak adil rasanya kalau petani tak bisa menikmati layanan ini
sementara lahan-lahannya banyak yang digunakan untuk mengembangkan tower
seluler.
Bentuk dan fitur telepon seluler yang ramah petani ini sebenarnya tak
jauh beda seperti umumnya di pasaran. Hanya saja telepon yang dipakai
memiliki fitur layanan untuk memberikan informasi yang terkait dengan
dunia pertanian seperti jenis dan ketersediaan bibit, pupuk, pestisida,
kondisi cuaca serta pemasaran hasil pertanian dan sebagainya.
Seluruh informasi tersebut dapat disesuaikan dan di-update
setiap saat sesuai dengan kondisi geografis. Itu semua disediakan oleh
penyedia layanan seluler dan bekerja sama dengan pemerintah melalui
departemennya seperti infokom, deptan, deperindag, serta BMG sebagai
penyedia informasi iklim atau cuaca, dan sebagainya. Secara teknis,
semua informasi ini akan dikirimkan langsung ke telepon seluler petani
dan atau diakses petani sendiri sesuai kebutuhannya.
Beberapa Manfaat
Dengan layanan seperti ini, setidaknya ada beberapa manfaat yang dapat
diperoleh petani, pemerintah maupun industri lainnya termasuk industri
jasa komunikasi. Pertama, petani dapat mengakses informasi yang
tepat misalnya informasi kapan untuk bisa mulai menanam. Petani bisa
memperoleh informasi cuaca dan iklim yang tepat sehingga dapat
menghindari ketidakpastian atau dapat menyesuaikan masa tanamnya dengan
iklim ataupun cuaca yang terjadi.
Kedua, petani bisa berkomunikasi dan mengakses informasi tambahan mengenai persoalan pertanian, pasar, harga komoditas, serta berinteraksi dengan para pembeli. Selama ini akibat kekurangan informasi pasar dan harga, petani seringkali menjadi “makanan empuk” para tengkulak yang semaunya menentukan harga produk petani. Dengan informasi harga dan pasar seperti ini setidaknya petani bisa menjual dengan harga yang layak dan sesuai pasar.
Contoh yang menarik adalah petani-petani durian di kawasan dataran
tinggi Wonosalam, Jombang yang dikenal dengan produk durian bido-nya
ini. Beberapa tahun terakhir, untuk transaksi dan menjaring pelanggan
yang umumnya dari luar kota mereka telah memanfaatkan seluler. Hal ini
karena untuk mendapatkan buah durian dengan kualitas rasa yang tinggi
bukanlah perkara mudah, harus menunggu durian benar-benar masak di pohon
tanpa ada ”rekayasa”. Nah, bagi petani atau penjual durian tinggal
menghubungi pelanggan jika ada produk buahnya yang masak atau
sebaliknya. Dengan demikian, pembeli dijamin akan mendapatkan buah
dengan kualitas yang baik, bukan buah dengan kematangan yang direkayasa.
Sebaliknya petani juga mendapatkan kepastian pasar bagi produk
duriannya yang keawetannya hanya beberapa hari saja.
Ketiga, dalam beberapa tahun terakhir, tarif maupun harga telepon seluler menurun. Ini membuat semakin banyak orang mampu memilikinya, termasuk petani. Dengan demikian telepon seluler mencegah atau minimal mempersempit kesenjangan teknologi dan komunikasi antara warga (petani) miskin dengan yang kaya disamping memungkinkan masyarakat (petani) miskin mendapat akses terhadap teknologi informasi modern.
Keempat, telepon seluler juga menjadi sarana penghubung antar warga tani, mempererat sekaligus memperluas jalinan sosial, serta menjadi semacam katalisator dalam meningkatkan produktivitasnya. Dengan luasnya jalinan sosial bisa saja akan ada transaksi yang lebih menguntungkan dengan orang luar.
Kelima, bagi kalangan industri, kalau ekonomi petani di desa meningkat maka akan mempengaruhi perkembangan industri lainnya. Dalam teori ekonomi, ada multiplier effect akibat dari peningkatan kesejahteraan ekonomi ini. Sederhananya, jika tingkat kesejahteraan ekonomi dan tingkat pengetahuan petani meningkat maka mereka akan meningkatkan permintaan terhadap barang-barang yang selama ini mungkin hanya menjadi angan-angan semacam telepon seluler dan barang-barang industri lainnya.
Namun demikian, yang perlu dihindari adalah hendaknya permintaan seluler
tidak menimbulkan sifat konsumtif atau bergaya belaka. Disinilah peran
operator seluler dan pemerintah untuk meng-edukasi sekaligus introduksi
bahwa seluler akan lebih berdayaguna untuk kepentingan produktivitas
daripada hanya sekadar bergaya. Sudah semestinya operator seluler
mengedepankan tanggung jawab moral dan transformasi nilai-nilai sosial.
Dengan demikian, meningkatnya jumlah telepon seluler pada kalangan
petani dan masyarakat desa diharapkan bisa memberi pengaruh positif bagi
perekonomian desa. Setidaknya masyarakat petani terbuka wawasan dan
akses informasinya serta dapat lebih berpartisipasi dalam membangun
perekonomian daerahnya. Mungkin ini seperti mimpi di siang bolong,
tetapi dengan niat baik dan usaha keras, tak mustahil dapat diwujudkan.
Semoga!
2 Komentar
Sepakat, HP untuk petani!
BalasHapusAlhamdulillah tempo hari Bapak panen dari sawah yang 'diparuh' dengan hasil gabah 1,5 ton. Coba bayangkan kalau ada HP untuk petani, bisa saja berpengaruh positif pada hasil panen. Tentu saja tak lupa berdoa pada Sang Pengatur Cuaca... :)
1,5 ton gabah kalau jadi beras sekitar 900 Kg ya, kalau rendemennya 0,6 :)
Hapussekarang sudah ada kok Om, merek N*K*A, yg diluncurkan sejak akhir th 2008. Lha tulisan ini sejatinya terbikin sekitar awal 2008 :)
Thanks for your visiting and comments!