Itu baru perbandingan awal antar negara. Jika dibuat perbandingan antara
daerah di Indonesia, angkanya jauh dari itu. Misalnya wilayah Indonesia
dibagian timur dan barat, atau Jawa dengan luar Jawa, Maluku dan luar
Maluku, jelas angkanya akan tak seimbang. Tentu banyak banyak hal yang
membuat perbedaan antar wilayah ini dan ini menjadi tugas bersama agar
tingkat konsumsi ikan kita bisa lebih tinggi dan merata.
Ikan merupakan salah satu sumber protein yang baik bagi kesehatan
manusia. Menurut para ahli gizi, bahwa kecukupan protein terutama pada
masa pertumbuhan akan mempengaruhi tingkat kecerdasan, sehingga
kekurangan protein dapat berakibat terganggunya pertumbuhan otak. Oleh
karena itu apapun kondisinya, kecukupan protein khususnya pada
anak-anak, harus tetap terjamin. Untuk itu, apalagi ditengah derasnya
wabah flu burung yang hingga saat ini belum tuntas dikendalikan dan
membuat kita kawatir mengonsumsi daging unggas, maka sudah selayaknya
kita mulai melirik ikan ini sebagai komoditas sumber protein hewani
non-unggas sekaligus sebagai sumber pendapatan baru.
Sesungguhnya dibalik kampanye dan anjuran dari beberapa instansi
pemerintahan kita, ada pesan untuk tidak sekadar meningkatkan kuantitas
konsumsi ataupun gizinya saja, tetapi juga secara ekonomi mampu
meningkatkan potensi optimal perikanan tangkap maupun merangsang
masyarakat agar mulai mengembangkan budidaya perikanan. Apalagi selama
ini bangsa kita juga dikenal sebagai bangsa maritim dengan perairan laut
yang luas dan garis pantai terpanjang di dunia. Selain itu, kita juga
mempunyai banyak daerah yang potensial untuk pengembangan perikanan
darat atau air tawar.
Namun sayangnya potensi besar ini belum mampu dioptimalkan dan bahkan
tingkat konsumsi ikan masyarakat kita masih sangat rendah bila
dibandingkan dengan bangsa-bangsa lain. Padahal, dengan mengembangkan
kegiatan sektor perikanan, masyarakat akan mempunyai kesempatan untuk
meningkatkan sumber gizi dan tentu saja sekaligus meningkatkan
pendapatannya.
Dari sinilah pentingnya promosi untuk membangkitkan kesadaran masyarakat
agar memanfaatkan ikan sebagai sumber makanan yang bergizi. Apalagi
harga ikan relatif lebih murah dan khususnya ikan laut, mempunyai
keunggulan kandungan gizi. Tingginya kandungan protein, asam amino
esensial serta kemudahan daya cerna dapat menjadikan ikan sebagai sumber
utama protein hewani.
Disamping itu, mengembangkan berbagai jenis kuliner yang berbasis ikan
juga harus terus dilakukan, agar makan ikan tidak lagi membosankan,
lebih menarik dan lebih bergengsi. Fenomena yang terjadi selama ini,
secara umum masyarakat kita lebih menyukai konsumsi protein hewani dari
produk ternak (daging) daripada ikan. Fenomena ini menunjukkan bahwa
ikan masih dianggap komoditas kelas dua (inferior) dibanding daging,
dimana makan daging dianggap lebih bergengsi daripada makan ikan.
Namun demikian, menggalakkan makan ikan bukanlah hal yang mudah. Banyak
kendala yang harus dihadapi, salah satunya adalah kendala adanya mitos
yang berkembang di masyarakat. Sejak zaman kolonial, dimana tingkat
kesejahteraan (ekonomi) masyarakat sangat rendah, ikan digolongkan
sebagai makanan orang kaya dan hanya cocok untuk kaum kolonial. Dan
seiring dengan perjalanan waktu berkembanglah di kalangan masyarakat
kita mitos-mitos yang menganggap bahwa makan ikan dapat menimbulkan
berbagai masalah kesehatan seperti terjangkitnya cacingan.
Ada beberapa kemungkinan kenapa mitos itu ada dan berkembang di masyarakat. Pertama, akses
terhadap komoditas ikan sangat sulit, baik karena ketersediaannya yang
terbatas dan/atau karena kemampuan ekonomi masyarakat yang rendah
sehingga mereka tak mampu membeli. Tak dapat dipungkiri jika hal
tersebut menjadi penyebab munculnya mitor-mitos itu. Ketersediaan ikan
jika tidak diusahakan (tangkap dan budidaya) akan sulit didapatkan,
demikian juga dengan tingkat perekonomian yang rendah tidak akan mampu
mendukung penyediaan ikan hingga meja makan.
Kedua, masalah pengetahuan dan teknologi dimana zaman dulu
pengetahuan dan teknologi pengolahan ikan masih sangat sederhana
sehingga tidak memungkinkan tercapainya higienitas. Jadi wajar saja
kalau dengan makan ikan yang asal olah dan tidak higienis dapat
menimbulkan masalah baru, termasuk cacingan.
Karena hambatan mitos itulah yang dapat menyebabkan tingkat konsumsi
ikan masih sangat rendah pada masyarakat kita yang katanya nenek
moyangnya pelaut ini. Oleh sebab itu, sudah saatnya kita sekarang
membuang jauh-jauh mitos-mitos yang tak berdasar dan sangat menyesatkan
itu. Apalagi saat ini teknologi telah berkembang dengan pesat yang
memungkinkan pengolahan produk perikanan lebih higienis. Namun tak boleh
dikesampingkan juga dengan kebijakan-kebijakan yang bisa meningkatkan
taraf perekonomian masyarakat.
Dengan demikian, sekali lagi dengan tumbuhnya tingkat konsumsi ikan pada
masyarakat kita, diharapkan akan mampu meningkatkan potensi ekonomi
masyarakat sekaligus untuk terpenuhinya kebutuhan protein hewani
sehingga masyarakat tetap dapat hidup sehat, kuat dan semangat. Semoga!
4 Komentar
Aku suka ikan.... dan anak-anak juga aku biasakan makan ikan.
BalasHapuskalo aku suka ikan asin digoreng garing, sambel trasi campur tomat, nasi hangat kemebul, hmmm...
BalasHapuswah ikan tuh sangat bagus untuk kecerdasan bangsa apalagi kita lihat jepang banyak yang mengkonsumsi ikan karena banyak mengandung omega
BalasHapuskalau menurutku ikan sangat baik untuk perkembangan otak ( just my opinion )
BalasHapusThanks for your visiting and comments!