APA hubungannya
Soto Dok dengan Jantung Anda? Sangat erat. Tetapi saya tak akan
membahas lebih dulu masalah hubungan ini. Saya hanya ingin berbagi
tentang salah satu kuliner khas Jombang yang sangat unik dalam
penyajiannya. Soto Dok, ya inilah salah satu jenis kuliner yang sangat
populer di Jombang. Bahkan beberapa tahun lalu, kalau tak salah telah
di-perdakan menjadi makanan khas Jombang.
Soto
Dok ini tak jauh beda dengan makanan sejenis soto lainnya, bahan
dasarnya tetap dari daging. Namun ada bahan tambahan atau racikan yang
agak berbeda dengan soto lainnya. Soto Dok rasanya lebih “seksi” dan
menyegarkan sebab kuahnya tak terlalu kental seperti jenis soto lainnya.
Dan yang lebih membedakan lagi, ada taoge kacang hijau yang menjadi
“aksesoris” spesial.
Pemberian
nama Soto Dok sendiri terkait dengan cara penyajiannya. Dalam
penyajiannya, penjual setelah menuang kecap dari botol khusus ke dalam
mangkuk langsung meletakkan kembali botol itu dipukulkan atau
dihantamkan ke meja hingga menimbulkan bunyi ”dok”. Tentu ini bisa
menimbulkan kekagetan tersendiri bagi pembeli yang baru pertama kali
menikmati soto dok. Atau akan menimbulkan berbagai pertanyaan, apakah
penjual sedang ngantuk hingga salah meletakkan botol, ataukah penjualnya
sedang marah-marah lalu membanting botolnya, dan sebagainya. Dan
bisa-bisa bagi Anda yang jantungan ini tentu sangat berbahaya. Itu
makanya saya mengatakan hubungan antara soto dok Jombang dengan jantung
Anda sangat erat sekali. Dari suara ”dok” inilah soto ini diberi nama.
Bisa jadi ini menjadi salah satu cara penjual untuk memberi ”pemanasan”
sebelum Anda kaget beneran dengan kelezatan soto dok-nya.
Saya
sendiri mengenal soto ini sejak pertengahan tahun 80-an. Dulu, ketika
masih kecil saya seringkali diajak orang tua ke Pasar Lama Mojoagung. Di
pasar itulah saya seringkali diajak andok atau menikmati Soto Dok.
Seingat saya, stand atau tempat berjualannya permanen di tengah-tengah
pasar. Penataannya, kursi panjang mengelilingi meja panjang dan lebar
yang di atas meja ditaruh berbagai perkakas termasuk panci penjerang
kuah, tempat nasi dan lainnya.
Selain
itu, di sepanjang Jalan Wahid Hasyim kawasan Jombang kota dulu juga
banyak penjual Soto Dok, biasanya menjelang petang penjual Soto Dok kaki
lima mulai menggelar dagangannya. Apalagi di Pujasera atau Kebonrojo,
dulu banyak juga yang menjual Soto Dok. Kebetulan selama hampir dua
tahun, tahun 1993-1995, saya indekost di seberang Pujasera, tepatnya di
dekat pintu gerbang sebelah utara Pujasera. Jadi dulu setidaknya tahu
persis jenis makanan yang dijual di situ, terutama jenis makanan yang
murah.
Demikian
juga, dulu di Jalan Pattimura tepat di seberang SMP Negeri I Jombang
atau SMK Negeri 3, juga ada penjual Soto Dok yang buka tenda setelah
maghrib, yang harganya ketika tahun 1995-1996 Rp. 400,- plus Es Teh Rp.
150,-. Cukup terjangkau, apalagi Jalan Pattimura merupakan salah satu
kawasan sekolah yang ramai dan padat, jadi banyak pelanggan dari anak
sekolah yang indekost di sekitar situ.
Untuk
saat ini, rata-rata harga semangkuk berkisar antara 5.000,- sampai
15.000,- rupiah, umumnya dalam sajian soto dok ini, ada lauk pendamping
berupa perkedel kentang dan gorengan daging ataupun jerohan. Sementara
itu juga, saat ini penjual soto dok di Jombang tersebar diberbagai sudut
kota dan kota-kota kecamatan di wilayahnya. Misalnya ada di kawasan
Pujasera, Pasar Legi, Stadion Merdeka, Pasar Baru Mojoagung, Alun-alun
Mojoagung, kawasan Tebuireng, dan sepanjang jalan-jalan utama di kota
Jombang lainnya. Penjual soto dengan ”brand” soto dok selain di Jombang,
pernah saya jumpai di Mojokerto, Surabaya, Sidoarjo, dan bahkan
Jakarta. Jadi bagi Anda yang kebetulan ke ataupun lewat Jombang, jangan
lewatkan kuliner yang satu ini, silahkan rasakan sensasi ”DOK” yang
mengagetkan, sekaligus (mungkin) menjadi terapi bagi jantung Anda!
8 Komentar
kalo di sini (bandung) yang berbunyi dhok itu tukang nasi goreng dorong, jualannya mukul kentongan. makanya dipanggilnya 'tukang nasi duk-duk'
BalasHapustrims infonya :)
di empat kami juga ada yg begitu, umumnya penjual bakso, tapi tidak kentongan, hanya bambu yang dibelah, dibentuk persegi panjang seukuran penghapus papan tulis. Kalau bawa kentongan, kayak orang ronda Mas :)
Hapusmenendang nikmatnya
BalasHapusHari kedua lebaran kemarin sempat berwisata kuliner cari lokasi soto dok di sepanjang jalan Wachid Hasyim. Belum juga ketemu, sudah nyanthol di bakso nuklir seberang Bank Jatim. Not bad lah daripada tidak dapat sensasi masakan Jombang sama sekali :)
BalasHapusSelamat Idul Fitri Cak, mohon maaf lahir dan batin.
di perempatan Tugu ke arah Timur ada Om, tapi ga tahu buka apa ga ya pas lebaran. Ada juga yg dulu di jl. wahid hasyim, tampilannya lebih baik daripada yg kaki lima, pengelolalnya orang Tionghoa, kalau ga salah sudah pindah ke daerah Mojosongo. Brandnya ini Soto Dok Pak "N*r**i". Cuma rasanya kurang enak dan penentuan harganya ga pasti, ga umum, di atas rata2, ngongkokan. (Ini kata kawan-kawan dan pengalaman sendiri) Pisan thok, kapok aku :)
HapusSelamat Idul Fitri juga, mohon maaf lahir batin!
soto..?
BalasHapusmakanan paling saya favoritkan nih pak.. :)
bisa menyebabkan keseleg tidak..?
siapa tahu, kalo keseleg, bayarnya gratis.. :D
bisa dicoba Om, dengan pura-2 keseleg :)
Hapusthanks infox smg sukses gan..
BalasHapushttp://www.saesalera.com/product/view/41/obat-jerawat
Thanks for your visiting and comments!