DI kampung saya, rerumputan atau bunga ini biasa disebut dengan wedhusan, dari kata wedhus (kambing). Entah mengapa dinamakan seperti ini. Bisa jadi karena tanaman ini terkadang juga dijadikan campuran untuk pakan hijauan kambing sehingga dinamakan wedhusan. Atau mungkin karena aroma dari tanaman ini yang memang sedikit mirip dengan aroma kambing.
Namun, yang jelas jika tanaman ini berbunga dan mekar lalu mengering, maka bunga-bunganya akan mudah
berhamburan diterpa angin. Itu makanya saya dulu sering memainkannya
dengan meniup keras-keras dan semacam bulu-bulu putih dari bunga ini
akan berterbangan dan seringkali membuat bersin-bersin. Anak-anak perempuan juga seringkali memnfaatkan tanaman ini, terutama daun dan bunganya, sebagai material masak-masakan
Secara umum tanaman ini disebut dengan bandotan atau bahasa latinnya ageratum conyzoides. Ini merupakan tanaman yang oleh petani (perkebunan) di lingkungan saya sering dianggap sebagai tanaman pengganggu atau gulma. Susah-susah gampang untuk mengendalikannya, apalagi jika musim hujan. Persebarannya sangat cepat, karena benih-benih yang ada bisa mencapai ribuan pada setiap rumpunnya. Dengan sifatnya yang ringan dan memudahkan tersebar atau berterbangan jika tertiup angin.
Secara umum tanaman ini disebut dengan bandotan atau bahasa latinnya ageratum conyzoides. Ini merupakan tanaman yang oleh petani (perkebunan) di lingkungan saya sering dianggap sebagai tanaman pengganggu atau gulma. Susah-susah gampang untuk mengendalikannya, apalagi jika musim hujan. Persebarannya sangat cepat, karena benih-benih yang ada bisa mencapai ribuan pada setiap rumpunnya. Dengan sifatnya yang ringan dan memudahkan tersebar atau berterbangan jika tertiup angin.
Meskipun menjadi gulma, tetapi banyak juga petani yang memanfaatkan tanaman ini menjadi bahan tutupan lahan dan/atau kompos karena daunnya mudah sekali busuk dan lapuk. Biasanya selesai memangkas tanaman ini, pangkasannya ditaruh dibawah tanaman sebagai tutupan dan/atau kompos. Sementara perakarannya harus dicabut dan disingkirkan tersendiri, karena sisa perakarannya ini masih bisa tumbuh dan memunculkan tunas-tunas baru.
Sayangnya hingga saat ini saya belum mempunyai literatur yang detail tentang tanaman ini. Namun demikian, konon katanya tanaman ini mempunyai banyak manfaat, baik untuk pengobatan maupun untuk pertanian. Mulai dari perakarannya, daun maupun bunganya. Sementara untuk pertanian, selain untuk pupuk atau kompos, katanya juga bisa dijadikan bahan membuat insektisida. Ini tentu kekayaan alam yang selama ini belum tergali banyak dan belum banyak dimanfaatkan.
Tulisan terkait:
Buah Gowok, Masih Adakah?
Tulisan terkait:
Buah Gowok, Masih Adakah?
2 Komentar
Wah, di belakang kantor saya banyak itu... Tapi, baru tahu kalau namanya wedhusan. Saya juga nggak pernah ngendus2 baunya :D
BalasHapusbru tau klau namanya wedhusan, emg baunya g' ena' & nyengat bgt...!
BalasHapusThanks for your visiting and comments!