Ya, langit sore itu benar-benar terbelah. Betapa tidak, senja yang biasanya mencipta warna jingga di ufuk barat dengan spektrum cahaya yang berwarna-warni, kali ini mencipta lukisan langit yang tak seperti biasanya. Di ufuk barat sebagian langit berwarna jingga, sebagian lainnya masih berwarna biru. Sebuah pemandangan kontras, yang jarang-jarang bisa saya nikmati di langit Wonosalam.
Senja, langit, cahaya matahari, frekwensi, panjang gelombang, atmosfer, dan polarisasi cahaya. Ini adalah istilah yang sering saya dengar dari guru ilmu alam waktu SMP ketika menjelaskan warna-warna langit yang seringkali berubah-ubah.Sementara untuk warna senja yang tercipta di langit Wonosalam ini, bisa jadi terjadi karena sebagian cahaya matahari terhalang oleh gugusan mendung yang bergerombol di kaki langit sebelah barat.
Yang jelas, bagi saya ini shot mahakarya sang perias senja, sang penghias senja, dengan iringan orkestra cenggerek, jangkrik, dan vokal-vokal melengking anak-anak ayam dan induknya yang mencari jalan untuk pulang ke kandang, serta koreografi kalong (seperti kelelawar tetapi lebih besar dan terbang tinggi beraturan) yang masih beratraksi di langit Wonosalam. Masih beratraksi? Ya, pada 2013 ini ternyata masih ada kalong yang dulu pad 80-an akhir atau 90-an awal jumlahnya ribuan, yang setiap menjelang malam berterbangan dari arah utara menuju selatan. Sebaliknya, setiap pagi kalong-kalong itu berterbangan dari arah selatan menuju utara.
Senja, memang bisa menghadirkan ketenangan, keteduhan, ketakjuban, sekaligus menghadirkan kenangan masa lalu!
4 Komentar
Subhanallah... Warnanya bisa terbelah dua begitu.
BalasHapusIndah sekali. Maha Sempurna Alloh dalam mencipta
Benar-benar membelah langit. Mungkin maunya duren, tapi belum masa panen :)
BalasHapusSenja yg indah, mas
BalasHapusapalagi ada secangkir kopi dan sepiring singkong rebus..
akan menjadi senja yg terasa lebih damai :)
maaf, mas
Hapustadi keliru ngetik url blog
thx,ya
Thanks for your visiting and comments!