Rantang Makanan [Foto: IStockphoto] |
TRADISI ater-ater adalah sebuah kebiasaan yang dilakukan oleh masyarakat di beberapa wilayah di Indonesia ketika bulan suci Ramadan. Tradisi ini melibatkan kegiatan saling mengantarkan makanan kepada kerabat atau tetangga terdekat. Di kampung saya sendiri, tradisi ater-ater ini biasa dilakukan terutama pada malam-malam ganjil di sepuluh hari terakhir puasa. Makanan yang dibagikan jaman dahulu adalah makanan pokok (nasi), mie goreng, sambal goreng yang berbahan dasar kentang, wortel, tahu dan tempe serta lauk daging ayam kampung yang dibuat gulai atau kare.
Makanan tersebut dimasukan ke dalam rantang empat susun yang kemudian diantar ke para tetangga, Namun saat ini tradisi ater-ater mulai mengalami pergeseran. Untuk kemasannya sudah tidak menggunakan rantang, tetapi kotak makanan dan terlihat lebih praktis.
Lalu apa maknan dari tradisi ater-ater ini? Tradisi ater-ater memiliki makna mendalam yang berkaitan dengan berbuat kebaikan dan bersedekah kepada sesama, terutama di bulan Ramadan. Barangkali hal ini sesuai dengan ajaran Rasulullah SAW yang meskipun hidup dalam kesederhanaan, dikenal sebagai orang yang sangat dermawan. Di bulan Ramadan, pahala berbuat baik, termasuk bersedekah, diyakini akan dilipatgandakan oleh Allah SWT. Oleh karena itu, ater-ater di bulan suci ini tidak hanya dianggap sebagai sedekah, tetapi juga sebagai cara untuk memberikan hidangan berbuka puasa yang berpahala besar.
Tradisi ater-ater tidak hanya mempererat rasa persaudaraan atau solidaritas antar sanak saudara, tetapi juga memperkukuh ukhuwah islamiyah dengan menjalin tali silaturahmi dan membangun kohesi sosial. Tradisi ini terjadi di daerah yang masih kental rasa persaudaraannya dan dilakukan secara langsung, bukan melalui pengiriman paket. Selain itu, ater-ater dapat memberikan dampak positif di beberapa aspek seperti sosial dan ekonomi.
Manfaat dari tradisi ater-ater sangat beragam. Bagi penerima, tentu saja sangat menguntungkan karena mendapatkan makanan atau sembako. Tradisi ini juga meningkatkan kualitas kedekatan dan silaturahmi antar keluarga dan tetangga, menumbuhkan jiwa sosial, dan memiliki banyak keuntungan lainnya. Meskipun demikian, tradisi ini dibeberapa daerah bersifat timbal balik dan justru hal ini bisa menjadi beban bagi mereka yang tidak memiliki kemampuan untuk membalas pemberian yang diterima.
Tradisi ater-ater merupakan salah satu dari sekian banyak warisan budaya yang harus dijaga dan dilestarikan. Tradisi ini juga dapat mempererat tali persaudaraan antar sesama. Di era modern, masyarakat telah mengadaptasi tradisi ini dengan menggunakan makanan olahan pabrik seperti biskuit dan mie instan, dan bahkan paket sembako, namun esensi dari ater-ater tetap dipertahankan.
Tradisi ater-ater di bulan Ramadan adalah praktik budaya yang kaya akan nilai dan makna. Melalui kegiatan ini, masyarakat menunjukkan solidaritas, kepedulian, dan rasa syukur atas berkah yang diberikan. Meskipun variasi pelaksanaannya berbeda di setiap daerah, tradisi Ater-Ater tetap menjadi bagian dari budaya dan kearifan lokal masyarakat Indonesia.
Jombang, 17 Juni 2017
0 Komentar
Thanks for your visiting and comments!