Nilai tukar yang ditentukan oleh pasar akan berubah-ubah nilainya tergantung pada kebutuhan dan ketersediaan mata uang tersebut. Jika mata uang asing seperti dolar meningkat atau yang membeli dolar lebih banyak maka nilainya akan lebih mahal atau menguat terhadap mata uang rupiah. Demikian pula sebaliknya yang terjadi.
Kemudian, apa yang menyebabkan permintaan mata uang meningkat? Ada banyak faktor pemicunya. Faktor utama adalah permintaan mata uang asing untuk transaksi pembelian barang atau jasa dari luar negeri atau impor dan pembayaran utang luar negeri. Jika suatu negara lebih banyak mengimpor barang atau jasa daripada memproduksi sendiri maka negara tersebut akan membutuhkan mata uang asing lebih banyak untuk membayar kebutuhan tersebut.
Demikian pula jika suatu negara banyak memiliki utang luar negeri akan diperlukan lebih banyak uang asing untuk membayar utang luar negeri tersebut. Permintaan dolar yang lebih tinggi dapat menyebabkan harga dolar meningkat atau mata uang rupiah secara relatif akan melemah.
Selain itu penguatan atau pelemahan mata uang juga dapat dipengaruhi oleh faktor global seperti penguatan ekonomi di Amerika Serikat dan pelemahan ekonomi China. Penguatan ekonomi di Amerika Serikat misalnya, akan membuat Bank Sentral Amerika Serikat menaikkan suku bunga. Dampaknya uang dolar Amerika Serikat yang tersebar di berbagai negara lain tertarik untuk kembali ke Amerika Serikat. Dolar Amerika Serikat pun menguat terhadap hampir seluruh mata uang dunia. Demikian pula misalnya ketika China mengalami pelambatan perekonomian. Dampaknya adalah permintaan China terhadap produk-produk negara lain menurun sehingga ekspor atau pasokan valuta asing bagi negara lain menjadi berkurang.
Lalu bagaimana agar mata uang kita bisa stabil atau menguat? Tentu banyak cara yang bisa dilakukan. Pertama dengan menyeimbangkan permintaan ketersediaan valas di dalam negeri. Untuk itulah kita harus lebih banyak melakukan ekspor baik barang maupun jasa serta mengelola permintaan valuta asing. Selain itu kita harus meningkatkan daya saing perekonomian nasional dan kemampuan produksi dalam negeri yang baik.
Pemerintah melalui bebagai kebijakan pada sektor rill bisa menambah pasokan valuta asing melalui peningkatan ekspor, daya saing industri nasional, penguatan ekonomi pariwisata, pengiriman Tenaga Kerja Indonesia yang berkualitas, membangun infrastruktur dan menghilangkan hambatan yang mengganggu iklim investasi agar sektor usaha semakin produktif.
Sementara untuk mengurangi tingginya permintaan valuta asing perlu upaya mengurangi ketergantungan impor dan meningkatkan penggunaan produk dalam negeri. Sementara itu Bank Sentral melalui Bank Indonesia harus terus menjaga pasokan dan mengendalikan permintaan valuta asing agar seimbang yaitu dengan melakukan intervensi di pasar valuta asing maupun pasar surat berharga negara. Kemudian juga dengan mengatur permintaan valuta asing di masyarakat misalnya masyarakat yang ingin membeli dolar dalam jumlah tertentu harus menunjukkan tujuan pembelian.
Di sisi lain, dunia usaha dituntut untuk lebih kreatif meningkatkan daya saing dan mencari pengganti bahan baku impor yang bisa diproduksi di dalam negeri serta bijaksana melakukan pinjaman luar negeri. Hal ini tentu akan mengurangi permintaan valuta asing di dalam negeri. Selain itu juga bisa menciptakan beragam produk kreatif inovatif yang mampu menembus pasar global.
Sementara itu kita (masyarakat umum dan konsumen) juga bisa mulai mengurangi ketergantungan pada barang impor dan menggunakan rupiah dalam berbagai transaksi dalam negeri.
Dengan demikian, dengan berbagai usaha tersebut, negara kita akan memiliki daya saing yang lebih tinggi dan tahan goncangan serta memiliki mata uang yang lebih stabil.
*Sumber foto ilustrasi: Antara
1 Komentar
Cek mikropon cek...
BalasHapusThanks for your visiting and comments!