Sumber: shutterstock |
Ketika menjalankan puasa, seorang muslim diharapkan untuk mengikuti prinsip-prinsip kejujuran dan integritas. Seorang muslim yang berpuasa harus menahan diri dari tindakan yang tidak jujur, seperti berbohong, mencuri, korupsi atau menipu. Hal ini juga berlaku dalam konteks akademik, di mana seorang pelajar atau mahasiswa dan guru atau dosen diharapkan untuk menunjukkan kejujuran dan integritas akademik dengan tidak melakukan kecurangan seperti plagiat atau mencontek, menghindari perjokian dan sebagainya.
Perlu ditekankan bahwa kejujuran akademik adalah nilai yang sangat penting dalam dunia pendidikan. Kejujuran akademik mengacu pada prinsip bahwa setiap orang harus menghormati hak cipta dan integritas intelektual orang lain, serta tidak melakukan kecurangan dalam tugas, ujian, atau aktivitas akademik lainnya.
Dalam konteks pendidikan Islam pun, kejujuran akademik juga diajarkan sebagai bagian dari nilai-nilai Islam yang harus diejawantahkan dalam kehidupan sehari-hari. Dengan menunjukkan kejujuran dan integritas dalam aktivitas akademik, seorang pelajar, mahasiswa, guru dan dosen akan menjadi contoh yang baik bagi orang lain dan memberikan dampak positif pada lingkungannya, bisa memendarkan cahaya kejujuran.
Banyak Pelanggaran
Namun, sayangnya dunia akademik tak selamanya memendarkan cahaya kejujuran. Beragam berita soal ini akhir-akhir ini bermunculan di berbagai media dan menjadi trending topik. Mulai dari plagiat atau meniru tulisan, gagasan, atau karya orang lain tanpa memberikan pengakuan yang tepat. Plagiat dapat terjadi dalam tugas, makalah, karya ilmiah, atau proyek akademik lainnya. Kemudian mencontek dan termasuk membawa catatan ketika ujian, menggunakan telepon seluler atau perangkat elektronik lainnya selama ujian, atau menyalin jawaban dari buku atau catatan.
Berikutnya tindakan menawarkan atau menerima uang atau imbalan lainnya untuk melakukan tindakan yang melanggar integritas akademik. Joki-joki tugas akhir mulai skripsi, tesis sampai perjokian jurnal untuk keperluan jabatan-jabatan fungsional tertentu. Kemudian menulis karya akademik untuk orang lain dengan imbalan uang, mengambil uang untuk memperbaiki nilai atau hasil tes, meniru atau menyalin karya tulis orang lain dan mengakuinya sebagai karya sendiri tanpa menyebut sumber atau referensinya, adalah bentuk-bentuk pelanggaran akademik lainnya.
Harian Kompas misalnya, beberapa waktu lalu (10/2/2023) mengeluarkan hasil investigasinya terkait kasus sejumlah calon guru besar yang dicurigai terlibat praktik joki karya ilmiah untuk dipublikasikan di jurnal internasional. Demikian juga dengan investigasi lainnya yang mengungkap praktik perjokian di kalangan dosen yang ingin naik pangkat lewat jalan pintas, termasuk juga joki tugas maupun tugas akhir mahasiswa yang lebih marak di kalangan kampus.
Yang mengerikan dan lebih memalukan lagi, hasil liputan harian Jawa Pos-Radar Jember pada 27 Februari 2023 lalu, mengulas tentan proses untuk mendapat gelar sarjana dan magister kini telah ada yang dicemari oleh dosen dan orang umum yang menjadi joki skripsi maupun tesis. Artinya selain orang umum, ada juga dosen yang melakukan open order untuk pembuatan skripsi dan tesis bagi mahasiswanya sendiri.
Ini tentu memprihatinkan dan memilukan karena bentuk-bentuk kejahatan seperti ini yang bisa menghancurkan peradaban akademik. Dan yang pasti pelanggaran serius seperti ini dapat merusak reputasi sebuah lembaga atau instansi akademik.
Pelanggaran akademik dapat memiliki konsekuensi yang serius, seperti diskualifikasi dari ujian atau tugas, penurunan nilai, atau bahkan pengusiran dari institusi akademik. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk memahami pentingnya integritas akademik dan menerapkannya dalam semua aspek kehidupan akademik.
Untuk menghindari pelanggaran akademik, lembaga akademik biasanya memiliki kebijakan yang ketat tentang integritas akademik, termasuk kode etik yang jelas bagi mahasiswa, tenaga pendidik maupun pendidiknya. Mereka ini diharapkan untuk mematuhi kebijakan dan mematuhi prinsip-prinsip etika yang berkaitan dengan penelitian, publikasi, dan aktivitas di dunia akademik lainnya.
Menghentikan Pelanggaran
Dan puasa yang merupakan ibadah yang dilakukan sebagai bentuk pengabdian kepada Allah SWT dan sebagai sarana untuk meningkatkan kesabaran, disiplin diri, dan kebaikan dalam kehidupan sehari-hari. Ketika seseorang berpuasa, diharapkan untuk mampu menjaga integritas dan kejujuran dalam semua aspek kehidupannya, termasuk dalam kehidupan akademik.
Dalam konteks ini, puasa dapat membantu menghentikan tindakan ketidakjujuran karena puasa membantu meningkatkan kesadaran diri dan kontrol diri. Ketika seseorang berpuasa, dia terbiasa menahan diri dari keinginan dan godaan dalam bentuk makanan dan minuman. Hal ini dapat membantu seseorang mengendalikan diri dalam situasi-situasi lain yang menghadirkan godaan untuk melakukan ketidakjujuran akademik, seperti saat ujian atau mengerjakan tugas.
Selain itu, puasa juga dapat membantu meningkatkan kesadaran spiritual dan moral seseorang. Ketika seseorang berpuasa, dia diharapkan untuk meningkatkan hubungan dengan Allah SWT dan menunjukkan kesadaran moral yang lebih tinggi. Hal ini dapat membantu seseorang lebih memahami pentingnya kejujuran dan integritas dalam kehidupan akademik dan mendorongnya untuk menghindari ketidakjujuran.
Namun demikian, meskipun puasa dapat membantu menghentikan ketidakjujuran akademik, tetap saja seseorang harus selalu sadar dan bertanggung jawab dalam menjaga integritas akademik. Kepatuhan terhadap prinsip-prinsip kejujuran dan integritas harus diinternalisasi sebagai bagian dari nilai-nilai dan karakter yang ditanamkan sejak dini. Dengan demikian, pelajar, mahasiswa, guru dan dosen dapat menjadi pribadi yang terhormat dan memang layak untuk dihormati. Semoga!
0 Komentar
Thanks for your visiting and comments!