Kurma (Sumber: astronauts.id) |
Ada banyak ragam hidangan manis ini, baik berupa minuman maupun makanan, dari yang tradisional sampai yang kekinian. Salah satu hidangan puasa yang manis dan laris manis di bulan Ramadan adalah kurma. Bahkan, Indonesia sebagai negara mulsim terbesar namun bukan produsen kurma, setiap tahunnya, mengimpor buah kurma untuk memenuhi kebutuhan masyarakatnya. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) pada 2022 lalu, Indonesia mengimpor kurma sebanyak 61.352,91 ton dengan nilai 86,26 juta Dollar Amerika. Jumlah tersebut meningkat 22,38% dibandingkan pada 2021 sebanyak 50.133,62 ton dengan nilai 69,00 juta Dollar Amerika.
Kurma sendiri selain memiliki rasa yang manis dan lezat, memiliki banyak manfaat untuk kesehatan. Beberapa khasiat kurma untuk kesehatan di antaranya adalah membantu proses persalinan, menetralisir asam, mengatasi sembelit, sebagai antioksidan, antitumor, antidiabetes, mencegah anemia, antiinflamasi, menurunkan kadar kolesterol, serta mampu mengontrol tekanan darah.
Tidak hanya kandungan nutrisinya yang baik bagi tubuh tetapi juga menjadi simbol amalan Nabi Muhammad SAW yang ketika berbuka puasa mengonsumsi kurma sebagai pembatalnya.
Ramadan memang manis, semanis kurma yang lezat dan kaya manfaat serta laris manis di bulan suci ini. Ramadan juga memberikan kegembiraan spiritual meskipun ini terlihat bertentangan dengan intuisi bagi sebagian orang, namun ini merupakan aspek penting dari berbagai praktik keagamaan dan budaya di seluruh dunia. Ramadan juga dianggap sebagai waktu yang istimewa, penuh berkah, dan penuh dengan kebaikan. Seperti halnya buah kurma yang memiliki rasa manis dan gizi yang baik bagi tubuh, Ramadan adalah kesempatan bagi umat Muslim untuk mendapatkan manfaat spiritual, introspeksi diri, dan pembersihan jiwa.
Secara spiritual, banyak tradisi keagamaan yang memasukkan puasa sebagai cara untuk mendekatkan diri pada Tuhan atau untuk memperdalam hubungan spiritual seseorang. Puasa dijalankan sebagai bentuk ketaatan kepada Allah SWT dan sebagai cara untuk mendekatkan diri kepada-Nya. Kenikmatan spiritual dirasakan ketika individu merasa lebih dekat dengan Tuhan dan meningkatkan hubungan spiritual mereka. Selama berpuasa, seseorang sering kali menghabiskan lebih banyak waktu untuk berdoa, membaca kitab suci, kontemplasi, dan refleksi diri, yang dapat mendatangkan rasa gembira dan kepuasan.
Selanjutnya dengan berpuasa seseorang juga akan lebih terlatih untuk dapat mendisiplinkan diri. Puasa membutuhkan kejujuran diri, pengendalian diri dan juga mengatasi berbagai keinginan. Meskipun seperti dibatasi, berpuasa dapat mendatangkan kegembiraan, baik kegembiraan secara fisik maupun kegembiraan spiritual.
Disamping itu, juga dapat menumbuhkan rasa syukur yang mendalam atas nikmat makanan dan rezeki. Setelah menahan rasa lapar dan dahaga seharian, orang-orang seringkali lebih menghargai berbagai makanan yang disuguhkan ketika saat berbuka dan ini mendatangkan kegembiraan, seperti yang telah dijelaskan Rasulullah SAW dalam sabdanya bahwa orang yang berpuasa akan meraih dua kegembiraan, kegembiaran ketika berbuka puasa dan kegembiraan ketika bertemu Tuhannya (HR Muslim).
Saat berpuasa, terutama puasa Ramadan seringkali menyatukan berbagai komunitas, baik itu saat berbagi buka puasa bersama keluarga atau ikut serta dalam puasa Bersama dengan teman kerja atau komunitas-komunitas yang dibentuk. Dan kebersamaan seperti ini seringkali juga mendatangkan kebahagiaan.
Ramadan adalah waktu yang baik untuk introspeksi dan pembersihan jiwa dan raga. Dengan menahan diri dari perilaku negatif dan meningkatkan amal ibadah, umat Muslim berusaha membersihkan hati dan jiwa mereka. Proses ini memberikan rasa kedamaian dan kepuasan batin. Sementara pembersihan raga lebih pada konteks kesehatan jasmani, dimana dengan berpuasa yang dilakukan dengan penuh kesadaran dapat meningkatkan kesehatan fisik yang lebih baik yang dapat membawa kegembiraan.
Tidak hanya kesehatan fisik, tetapi juga kesehatan mental. Puasa dapat meningkatkan kejernihan mental dan meningkatkan konsentrasi. Kejernihan mental dan kesadaran yang tinggi dapat menjadi sumber kebahagiaan bagi mereka yang menjalankan puasa untuk tujuan tersebut.
Ramadan juga mengajarkan belas kasih dan berbagi kepada sesama. Banyak umat Muslim yang bersedekah, memberi makan kepada yang lapar, dan melakukan tindakan kebaikan sosial selama bulan ini. Kenikmatan muncul dari rasa pengabdian kepada masyarakat dan kontribusi positif terhadap kehidupan orang lain.
Dan terakhir, manisnya Ramadan adalah ketika Ramadan berakhir dan umat Muslim merayakan Idul Fitri, hari raya yang menandai akhir bulan puasa. Ini adalah momen kegembiraan, penuh perayaan dan kebersamaan, dan penuh sukacita setelah menjalani puasa sebulan penuh.
Namun demikian, pengalaman berpuasa dapat sangat beragam tergantung dari masing-masing individu dan pengalaman batin serta bergantung pada konteks spesifik maupun tergantung dari tujuan berpuasa. Meskipun sebagian orang merasa senang berpuasa, sebagian lainnya mungkin merasa kesulitan atau bahkan sangat menyusahkan. Pada akhirnya, nikmatnya puasa adalah pengalaman subyektif dan personal. Selamat berpuasa!
0 Komentar
Thanks for your visiting and comments!