Ad Code

Kebyar-Kebyar, Gombloh dan Nyanyian Patriotisme dari Jombang

Gombloh, Pencipta Lagu Kebyar-Kebyar asal Jombang [Foto: Istimewa] 

PADA setiap momentum 17 Agustus seperti hari ini, kita seringkali mendengar salah satu lagu yang seolah menjadi "lagu wajib" untuk dinyanyikan, yaitu lagu “Kebyar-Kebyar”. Lagu tersebut telah menjadi salah satu simbol nasionalisme yang begitu kuat di hati masyarakat. Namun, tak banyak yang tahu bahwa di balik gemuruhnya lagu tersebut, ada seorang lelaki sederhana dan nyentrik dari Jombang yang menciptakannya, yaitu Gombloh.

Gombloh yang nama aslinya Soedjarwoto, lahir pada 14 Juli 1948 di Jombang, Jawa Timur. Meskipun mempunyai nama beken yang berarti "nggomblohi' atau "mbodohi" yang juga berarti "pura-pura bodoh", tetapi Gombloh tidak benar-benar "nggomblohi". Secara akademik Gombloh pernah bersekolah di sekolah favorit, yaitu SMAN 5 Surabaya dan kuliah di jurusan arsitektur Institut Teknologi Sepuluh November Surabaya atau ITS meskipun tidak sampai lulus. Gombloh juga memiliki jiwa seni yang tulus dan dalam. Ia adalah seorang seniman sejati yang mencurahkan perasaannya melalui lagu-lagu yang ia ciptakan. Karya-karyanya mencerminkan cintanya pada tanah air, alam, dan kemanusiaan.

Pada tahun 1979, Gombloh merilis album bertajuk "Kebyar-Kebyar", yang langsung menjadi hits. Lagu Kebyar-Kebyar dalam album tersebut di kemudian hari menjadi salah satu "lagu wajib" yang dinyanyikan setiap perayaan Hari Kemerdekaan Indonesia. Lirik lagu Kebyar-Kebyar sangat sederhana namun penuh makna, mencerminkan semangat perjuangan dan kebanggaan sebagai bangsa Indonesia. 

Lagu tersebut tercipta dari keprihatinan Gombloh terhadap kondisi bangsa pada masa itu. Meskipun Indonesia telah merdeka, ia merasa masih banyak hal yang perlu diperjuangkan. Semangat kebangsaan yang ia rasakan dituangkan dalam lagu ini, mengajak setiap pendengarnya untuk tidak lupa pada sejarah dan tetap mempertahankan semangat juang. 

Bagi Gombloh, Kebyar-Kebyar bukan sekadar lagu, melainkan sebuah panggilan untuk bersatu dan bergerak maju. Kebyar, dalam pengertian Gombloh, adalah semangat yang membara, pancaran energi yang tak pernah padam. Lagu ini menggugah perasaan setiap orang yang mendengarnya, seakan-akan mereka turut serta dalam perjuangan mempertahankan kemerdekaan. 

Keunikan Gombloh sebagai seniman adalah kemampuannya dalam menyederhanakan pesan-pesan kompleks menjadi sesuatu yang mudah dipahami oleh masyarakat. Ia menggabungkan elemen tradisional dan modern dalam musiknya, menciptakan harmoni yang tidak hanya enak didengar, tetapi juga sarat akan makna, dengan lirik yang kuat dan musik yang menggugah semangat.

Album Kebyar Kebyar ditempatkan pada peringkat ke-28 dalam daftar "150 Album Indonesia Terbaik" versi majalah Rolling Stone yang terbit pada 2007. Khusus lagu Kebyar Kebyar ditempatkan pada posisi ke-2 dari "150 Lagu Indonesia Terbaik Sepanjang Masa" juga oleh majalah Rolling Stone.

Gombloh mungkin telah tiada, meninggal pada 9 Januari 1988 di usia yang relatif muda atau belum genap 40 tahun, namun warisannya melalui Kebyar-Kebyar akan selalu hidup di hati masyarakat Indonesia. Bahkan pada era 1990-an banyak orang (masyakarakat biasa, pengamen dan sebagainya) yang mengikuti gaya atau penampilan ala Gombloh. Termasuk berbagai acara di televisi seperti Asal (Asli atau palsu) juga menampilkan orang-orang yang mirip gayanya mirip Gombloh.  

Dengan demikian, lagu Kebyar-Kebyar bukan hanya sebuah karya musik, tetapi juga sebuah bentuk ekspresi patriotisme yang tulus dari seorang anak bangsa. Gombloh, seorang pria dari Jombang yang sederhana, yang dalam catatan Cak Nun atau Emha Ainun Nadjib, Gombloh adalah salah satu "orang gila" dari banyaknya "orang gila" di Jombang.

Posting Komentar

0 Komentar

Ad Code