Ad Code

Tumbangnya Pohon Beringin di Kampung Kami

Pohon Beringin [Foto: iNnaturalist]

DI kampung kami, pohon beringin besar berdiri megah di sudut kampung. Pohon itu bukan sekadar hiasan, tetapi simbol kekuatan dan kesejahteraan yang telah menjaga iklim mikro di kampung kami selama bertahun-tahun. Namun, belakangan ini, pohon beringin itu terlihat miring, seperti hendak tumbang. Orang-orang kampung kami mulai bertanya-tanya, apa yang sebenarnya terjadi?

Cerita ini dimulai ketika Pak Kades, kepala desa atau kampung kami yang awalnya dikenal (seperti) bijaksana, mulai merasakan bahwa masa jabatannya akan segera berakhir. Ia memiliki anak laki-laki yang masih muda, pemuda inter-kampung, bahkan internasional, ambisius, dan bermimpi menduduki "kursi kekuasaan" yang telah dipegang ayahnya selama bertahun-tahun. Pak Kades, demi cinta dan ambisi anaknya, mulai merencanakan sesuatu yang tak pernah terpikirkan oleh penduduk desa.

Pak Kades tahu, untuk mewariskan kekuasaannya kepada anaknya, ia membutuhkan dukungan penuh dari warga kampung. Namun, ia juga sadar bahwa tidak semua orang akan mendukung keputusan tersebut, terutama mengingat anaknya belum memiliki cukup pengalaman. Maka, dimulailah sebuah intrik yang licik, sesuatu yang hanya diketahui oleh segelintir orang dekatnya saja.

Maka di sinilah masuk seorang tukang kayu kepercayaannya yang juga temannya semasa muda serta bersama-sama menjadi tukang kayu, yang dikenal licik dan pandai bermain kata. Tukang kayu ini bukan tukang kayu biasa. Ia memiliki keahlian khusus dalam mengolah kayu mapun "main kayu" dan seringkali dimanfaatkan oleh orang-orang yang haus akan kekuasaan. Dengan keterampilan dan kelicikannya, ia mampu memanipulasi keadaan untuk menguntungkan dirinya sendiri dan kliennya.

Pak Kades mengundang tukang kayu itu ke rumahnya. Di balik pintu tertutup, mereka merencanakan sesuatu yang besar. "Pohon beringin itu sudah miring," kata Pak Kades. "Namun, jika ia tumbang, siapa yang akan menyelamatkan desa? Orang-orang akan panik, dan saat itulah kita harus bertindak."

Tukang kayu itu mengangguk. Ia paham apa yang diinginkan Pak Kades. Dengan kelihaiannya, ia mulai bekerja. Tapi bukan untuk memperbaiki pohon beringin, melainkan untuk membuatnya terlihat semakin miring. Ia tahu bahwa semakin parah keadaan pohon beringin, semakin besar ketakutan penduduk desa. Dan di saat genting itulah, Pak Kades akan tampil sebagai "pahlawan," dengan tawaran agar anaknya yang muda dan kuat menggantikan posisinya demi "menyelamatkan desa."

Intrik ini berhasil. Warga kampung kami yang melihat pohon beringin semakin miring mulai khawatir. Desas-desus pun beredar, dan orang-orang mulai berpikir bahwa mungkin sudah waktunya untuk perubahan. "Anaknya Pak Kades bisa menjadi pemimpin yang baik," kata beberapa warga. "Ia muda, penuh semangat, dan bisa membawa kampung kita ke masa depan yang lebih baik."

Pak Kades pun menggelar pertemuan besar di balai pertemuan warga. Dengan wajah serius, ia mengumumkan bahwa pohon beringin semakin hari semakin miring, dan desa membutuhkan pemimpin baru yang kuat untuk menghadapinya. "Saya sudah tua," katanya, "dan saya percaya bahwa anak saya, dengan bimbingan saya, dapat melanjutkan tugas ini."

Warga kampung kami yang sudah terpengaruh oleh intrik dan kelicikan tukang kayu itu, sebagian besar setuju. Mereka pun memilih anak Pak Kades untuk menduduki "kursi kekuasaan" yang diwariskan oleh ayahnya.

Namun, tidak semua orang tertipu. Beberapa tetua kampung kami yang telah hidup lebih lama dan melihat lebih banyak, mulai menyadari bahwa ada sesuatu yang tidak beres. Mereka tahu bahwa pohon beringin tidak akan miring tanpa alasan. Mereka mulai menyelidiki, dan akhirnya menemukan bahwa tukang kayu licik yang bekerja sama dengan Pak Kades itu sengaja membuat pohon beringin semakin miring demi ambisi politik Pak Kades dan anaknya.

Tetapi, pada saat kebenaran terungkap, semuanya sudah terlambat. Pohon beringin telah tumbang, dan kursi kekuasaan sudah diduduki oleh anak Pak Kades. Kampung kami kini berada di bawah bayang-bayang ambisi seorang pemuda dan ayahnya yang penuh intrik itu.

Posting Komentar

0 Komentar

Ad Code