Ad Code

Siomay dan Pempek: Jajanan Kaki Lima yang Mendunia

Siomay [Foto: pexels.com]

INDONESIA sepertinya tak pernah kehabisan pesona untuk ditawarkan kepada dunia, termasuk dalam hal kuliner. Dari sabang sampai merauke, ragam makanan khas menjadi bukti kekayaan budaya negeri ini. Dua di antaranya, siomay dan pempek, yang baru saja mencatatkan prestasi luar biasa. Menurut laporan TasteAtlas, keduanya dinobatkan sebagai jajanan kaki lima terenak di dunia. Siomay menempati posisi pertama, sementara pempek ada di posisi keempat. Pengakuan ini menunjukkan bahwa cita rasa khas Indonesia mampu bersaing di kancah internasional.  

Siomay, seperti yang digambarkan oleh TasteAtlas, adalah hidangan yang begitu akrab di lidah masyarakat Indonesia. Dengan isian berupa daging ikan, kentang, tahu, pare, dan telur, siomay disajikan bersama saus kacang yang gurih serta tambahan kecap dan sambal untuk menciptakan harmoni rasa. Meski terinspirasi dari shumai khas Tiongkok yang dibawa oleh imigran pada masa kolonial Belanda, siomay telah menjelma menjadi hidangan yang "mengindonesia". Perpaduan bumbu dan bahan lokal memberikan sentuhan khas yang membuatnya unik.  

Lalu, ada pempek, hidangan khas Palembang yang berbahan dasar ikan tenggiri dan sagu. Kisah di balik pempek sendiri cukup menarik. Konon, hidangan ini lahir dari kebosanan masyarakat Palembang terhadap olahan ikan yang monoton. Maka, mereka menciptakan camilan yang lebih inovatif dan praktis, yang kini dikenal sebagai pempek. Disajikan dengan kuah cuko yang asam-manis-pedas, pempek bukan hanya camilan tetapi juga warisan budaya kuliner yang sarat cerita.  

Keberhasilan siomay dan pempek di kancah internasional ini tidak hanya berbicara soal rasa, tetapi juga soal identitas. Di tengah globalisasi, kuliner menjadi salah satu cara sebuah bangsa untuk mempertahankan sekaligus memperkenalkan jati dirinya kepada dunia. Hidangan sederhana yang sering kita temui di pinggir jalan ini membawa pesan besar: bahwa makanan tradisional bisa memiliki tempat di hati masyarakat dunia, sejajar dengan makanan-makanan dari negara lain seperti pastel de nata dari Portugal atau tacos dari Meksiko.  

Namun, penghargaan ini juga menjadi pengingat bagi kita semua. Sudahkah kita benar-benar menghargai dan melestarikan kuliner lokal seperti siomay dan pempek? Ironisnya, tidak sedikit masyarakat Indonesia yang justru lebih tergiur dengan makanan cepat saji atau jajanan luar negeri yang dianggap lebih modern dan bergengsi. Padahal, siomay dan pempek menawarkan sesuatu yang jauh lebih dari sekadar rasa. Mereka adalah cerminan dari kreativitas, sejarah, dan kekayaan budaya Indonesia.  

Selain siomay dan pempek, Indonesia juga memiliki batagor, yang berhasil masuk di peringkat ke-15 dalam daftar TasteAtlas. Batagor, akronim dari bakso tahu goreng, juga memiliki cerita panjang sebagai salah satu makanan inovatif berbahan dasar ikan. Dibandingkan dengan baozi dari Tiongkok atau crepes dari Prancis, posisi batagor jelas menjadi pencapaian yang luar biasa.  

Kesuksesan tersebut tentu harus lebih memotivasi kita untuk semakin bangga dengan kekayaan kuliner negeri sendiri. Jadi, saat  kita menikmati seporsi siomay atau pempek dengan saus kacang yang menggoda, kita sedang menikmati warisan bangsa yang telah diakui dunia. Mari kita bangga dan terus menjunjung tinggi kekayaan kuliner Indonesia, karena itulah salah satu cara kita memperkenalkan Indonesia ke mata dunia

Posting Komentar

0 Komentar

Ad Code