Lelaki Penjual Es Teh [Ilustrasi: Xcom] |
MALAM itu, sebuah pengajian ramai dihadiri oleh ribuan jamaah dari berbagai kalangan. Di salah satu sudut acara, seorang lelaki sederhana dengan pakaian lusuh tengah berdiri memanggul dagangannya, es teh. Ia menjajakan es teh yang ia racik sendiri di area jamaha pengajian, dengan harapan dapat membawa pulang sedikit rezeki untuk keluarganya. Lelaki itu, adalah sosok yang gigih. Setiap malam, ia berkeliling dari satu acara ke acara lain, menjual minuman segar dan es teh.
Namun, malam itu menjadi malam yang tidak akan ia lupakan. Saat pengajian berlangsung, tiba-tiba sang penceramah menyentil kehadirannya. Dengan suara lantang, penceramah itu berkata, “Es tehmu masih ada nggak? Ya sana jual, goblok! sambil tertawa lebar penceramah itu menggoblok-nggoblokan penjual es teh itu.
"Jual dulu, nanti kalau belum laku, ya sudah, takdir!", lanjutnya sambil terus tertawa dan dikuti tawa dari sebagian para jamaah dan orang-orang dipanggung.
Kata-kata tajam itu serasa menusuk hati lelaki itu. Ia terdiam, namun raut wajahnya menyiratkan rasa malu yang mendalam. Beberapa jamaah menoleh ke arahnya, sebagian tertawa kecil, dan sebagian lagi hanya terdiam seraya merasa tidak nyaman. Meski demikian, lelaki itu tetap berdiri tegar. Ia tak membalas satu kata pun, hanya tersenyum kecil.
Saat pengajian usai, beberapa jamaah menghampirinya untuk membeli es teh. Seorang ibu paruh baya bahkan sempat berkata lirih, “Sabar ya, Pak. Jangan diambil hati.” Lelaki penjual es teh hanya mengangguk sambil melayani pembeli dengan ramah, seolah-olah tak terjadi apa-apa.
Ketika ditanya seorang pembeli tentang bagaimana perasaannya, lelaki penjual es teh menjawab dengan tenang, “Kalau saya balas marah, apa bedanya saya dengan orang yang menghina? Hidup ini memang penuh cobaan. Yang penting, saya tidak mencuri, tidak merugikan orang lain. Saya hanya jualan untuk anak istri. Allah pasti tahu usaha saya.”
Jawaban itu membuat pembeli tertegun. Lelaki penjual es teh itu tetap menunjukkan ketegaran dan kelapangan hati yang luar biasa. Kejadian itu pun dengan cepat menyebar di kalangan jamaah, bahkan di media sosial. Banyak yang merasa geram atas ucapan sang penceramah, namun di sisi lain, banyak juga yang terinspirasi oleh ketabahan lelaki penjual es teh.
Beberapa hari setelah kejadian itu, rezeki Pak Rahmat justru mengalir deras. Banyak orang yang datang khusus untuk membeli es tehnya. Beberapa memberikan donasi dan bahkan ada yang akan membiayai untuk berangkat umroh.
Kisah lelaki penjual es teh menjadi pengingat bagi banyak orang bahwa hinaan tidak akan menjatuhkan mereka yang tetap berusaha dengan tulus. Terkadang, dalam setiap cobaan, ada hikmah yang luar biasa. Olok-olok dan hinaan bukanlah akhir, melainkan batu loncatan untuk terus berbuat baik dan menjadi pribadi yang lebih kuat, tegar dan taat dalam segala keadaan.
0 Komentar
Thanks for your visiting and comments!