Ad Code

Analisis Inflasi Indonesia Desember 2024: Penyebab dan Implikasi

AWAL Januari 2025 ini, Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan inflasi sebesar 0,44% pada Desember 2024 dibandingkan November 2024 (month-to-month/mtm).  Secara tahunan (year-on-year/yoy), inflasi mencapai 1,57%, sedikit meningkat dari 1,55% pada November 2024. 

Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS, Pudji Ismartini, menyatakan bahwa inflasi ini terutama dipengaruhi oleh kenaikan harga pada komponen harga bergejolak, yang mengalami inflasi sebesar 2,04% dan memberikan andil 0,33% terhadap inflasi keseluruhan. Komoditas utama yang mendorong inflasi dalam komponen ini meliputi telur ayam ras, cabai rawit, bawang merah, dan bawang putih. 

Selain itu, komponen inti mencatat inflasi sebesar 0,17% dengan andil 0,11%. Komoditas yang dominan dalam komponen ini adalah minyak goreng, emas perhiasan, dan kopi bubuk. Sementara itu, komponen harga yang diatur pemerintah mengalami inflasi 0,03% dan tidak memberikan andil signifikan terhadap inflasi keseluruhan. 

Penyebab Inflasi

Kenaikan harga pada komponen harga bergejolak, khususnya bahan pangan seperti telur ayam ras, cabai rawit, bawang merah, dan bawang putih, menunjukkan adanya tekanan dari sisi penawaran. Faktor musiman, seperti peningkatan permintaan selama libur Natal dan Tahun Baru, kemungkinan besar berkontribusi pada kenaikan harga komoditas tersebut. 

Di sisi lain, inflasi pada komponen inti yang dipengaruhi oleh kenaikan harga minyak goreng, emas perhiasan, dan kopi bubuk mencerminkan adanya tekanan inflasi yang lebih mendasar. Kenaikan harga emas perhiasan, misalnya, dapat dikaitkan dengan fluktuasi nilai tukar rupiah terhadap dolar AS, yang mempengaruhi harga emas di pasar domestik. 

Implikasi

Meskipun inflasi tahunan berada pada level yang relatif rendah dan sesuai dengan target Bank Indonesia (1,5% hingga 3,5% untuk 2024 dan 2025),  tekanan inflasi dari komponen harga bergejolak perlu mendapatkan perhatian khusus. Bank Indonesia perlu mempertimbangkan faktor-faktor eksternal, seperti fluktuasi nilai tukar dan harga komoditas global, dalam menentukan kebijakan moneter ke depan.

Stabilitas nilai tukar rupiah menjadi faktor penting dalam menjaga kestabilan harga, terutama untuk komoditas yang dipengaruhi oleh pasar internasional. Selain itu, koordinasi antara pemerintah dan otoritas moneter dalam menjaga pasokan dan distribusi bahan pangan perlu ditingkatkan untuk mengantisipasi lonjakan harga akibat faktor musiman atau gangguan pasokan.

Sementara pada masyarakat, kenaikan harga bahan pangan seperti telur ayam ras, cabai rawit, bawang merah, dan bawang putih langsung dirasakan oleh masyarakat, terutama kelompok berpendapatan rendah. Peningkatan harga komoditas ini dapat mengurangi daya beli dan kesejahteraan masyarakat. Oleh karena itu, diperlukan upaya untuk memastikan ketersediaan dan keterjangkauan harga bahan pangan pokok, misalnya melalui operasi pasar atau subsidi harga.

Ya, meskipun inflasi tahunan masih dalam batas target, perhatian terhadap faktor-faktor penyebab inflasi, terutama pada komoditas pangan, perlu ditingkatkan. Koordinasi antara pemerintah dan otoritas moneter dalam menjaga stabilitas harga dan daya beli masyarakat menjadi kunci dalam menghadapi tantangan inflasi ke depan, setidaknya dalam 2-3 bulan ke depan, kita akan menghadapi momen bulan Ramadan dan Idul Fitri.

Posting Komentar

0 Komentar

Ad Code