Kue Bandros [Foto: shutterstock] |
TINGGAL atau liburan di/ke Bogor rasanya kurang lengkap tanpa mencoba berbagai kuliner tradisional yang menggugah selera. Salah satu kudapan yang patut kita cicipi adalah kue bandros, makanan sederhana yang kaya cita rasa dan sejarah. Meski bukan khas Bogor, kue ini telah menjadi bagian tak terpisahkan dari budaya kuliner masyarakat Sunda atau Jawa Barat secara luas. Terbuat dari tepung beras, kelapa parut, dan santan, bandros hadir sebagai kudapan klasik yang mengingatkan kita pada masa lampau.
Kue bandros memiliki bentuk setengah lingkaran yang unik karena dimasak menggunakan cetakan khusus yang menyerupai cetakan kue pukis. Teksturnya khas, garing di luar tetapi lembut di dalam, menghadirkan sensasi berbeda saat disantap. Bandros sering kali disamakan dengan kue pancong, padahal keduanya berbeda. Jika bandros memiliki tekstur lembut di bagian dalam dengan rasa yang ringan, kue pancong cenderung lebih lembut dan mengembang secara keseluruhan.
Sejarah kue bandros mencerminkan kreativitas masyarakat (Jawa Barat) dalam menghadapi keterbatasan pada zaman dahulu. Pada masa Hindia Belanda di tahun 1900-an, tepung terigu mulai diperkenalkan, namun sulit dijangkau oleh masyarakat biasa. Untuk mengatasi hal ini, mereka menggunakan tepung beras yang dibuat sendiri dengan menumbuk beras hingga halus. Proses ini menciptakan tepung yang menjadi bahan utama kue bandros hingga kini.
Ada dua jenis bandros yang dikenal di kalangan masyarakat, yakni bandros asin dan bandros manis. Keduanya memiliki keunikan masing-masing dan disesuaikan dengan kebiasaan masyarakat Sunda. Bandros asin sering kali disantap tanpa gula, bahkan kadang ditambahkan saus cabai untuk menciptakan cita rasa gurih dan pedas. Sebaliknya, bandros manis menggunakan taburan gula pasir di atasnya, memberikan rasa manis yang lembut dan lezat.
Sensasi menikmati bandros paling pas saat kue ini masih hangat. Aromanya yang khas berasal dari perpaduan kelapa, santan, dan arang pembakaran. Tak heran, bandros sering menjadi pilihan untuk menemani pagi hari yang sejuk di Bogor. Bersanding dengan secangkir teh atau kopi hangat, kehangatan kue ini menyatu dengan suasana pagi yang menenangkan.
Namun, saat ini menemukan kue bandros menjadi tantangan tersendiri. Penjual bandros tradisional tidak sebanyak dulu, sehingga kita mungkin perlu sedikit usaha untuk mencarinya. Meski begitu, pengalaman mencicipi kue bandros langsung di tempat asalnya tentu memberikan sensasi yang berbeda. Setiap gigitan seolah membawa kita menjelajahi kenangan masa kecil, menikmati tradisi yang tetap hidup di tengah modernitas. Menikmati bandros berarti menghidupkan kembali tradisi dan budaya yang telah diwariskan selama bertahun-tahun.
Jadi, jika kita berkesempatan menjelajahi Bogor atau kota-kota lainnya di Jawa Barat, jangan lupa untuk mencari dan mencicipi kelezatan kue bandros yang autentik ini. Aroma dan rasanya akan selalu teringat, menjadi bagian dari cerita perjalanan kita.
0 Komentar
Thanks for your visiting and comments!