![]() |
Watu Mbah-Mbeh di Watugakluh, diyakini sebagai petilasan Mpu Sindok |
DESA Watugaluh di Kecamatan Diwek, Kabupaten Jombang, menyimpan kisah sejarah yang sarat dengan cerita menarik dan penuh misteri. Desa ini terdiri dari empat dusun: Watugaluh Krajan, Gendong, Nanggalan, dan Jasem. Nama Watugaluh Krajan diyakini berasal dari masa kejayaannya sebagai sebuah kerajaan di masa lampau. Hingga kini, warga setempat masih kerap menemukan benda-benda kuno seperti emas dan artefak bersejarah. Namun, ada kepercayaan bahwa mengambil benda-benda tersebut dapat mendatangkan musibah, termasuk sakit bahkan kematian.
Dalam berbagai literatur sejarah, Watugaluh dipercaya sebagai tempat penting dalam perpindahan ibu kota Mataram Kuna dari Tamwlang ke wilayah ini. Prasasti Anjukladang yang bertanggal 859 Saka (937 Masehi) mencatat bahwa ibu kota Kerajaan Medang di Bumi Mataram dipindahkan ke Watugaluh. Peristiwa ini dipercaya terjadi pada 10 April 937 Masehi, sehingga setiap tanggal tersebut diperingati sebagai hari jadi Watugaluh.
Nama Watugaluh juga tercatat dalam berbagai prasasti yang dikeluarkan oleh Mpu Sindok sebagai ibu kota baru Kerajaan Medang. Desa ini memiliki banyak peninggalan berupa artefak, seperti gerabah dan keramik dari masa klasik. Meski demikian, toponim Watugaluh tidak hanya ditemukan di desa ini. Di Kecamatan Megaluh yang juga berada di tepian Sungai Brantas, terdapat nama serupa. Berdasarkan lokasinya yang strategis, Megaluh tampaknya lebih cocok sebagai pusat pemerintahan kerajaan pada masa itu.
Salah satu peninggalan penuh misteri di Watugaluh adalah Batu “Mbah-Mbeh” yang berada di Dusun Nanggalan. Batu berbentuk persegi dengan bagian atas menyerupai setengah lingkaran ini dipercaya sebagai tempat persinggahan Mpu Sindok sebelum pergi ke Nganjuk saat diserang oleh Anusapati. Batu ini dianggap sebagai penanda bahwa wilayah tersebut pernah disinggahi seorang raja.
Kisah mistis Batu Mbah-Mbeh juga menarik perhatian. Diceritakan, seorang penduduk pernah mencoba menggali batu tersebut dengan niat memindahkannya. Namun semakin dalam digali, batu itu justru semakin besar. Penduduk tersebut bahkan menemukan gambar wayang di batu tersebut. Setelah kejadian itu, ia mengalami lumpuh dan akhirnya meninggal dunia. Kepercayaan lain yang berkembang adalah setiap pengendara truk yang melewati lokasi batu tersebut tanpa membunyikan klakson akan terperosok ke sungai kecil di dekat sawah. Membunyikan klakson dianggap sebagai bentuk permisi kepada penghuni gaib di sekitar batu.
Selain Batu Mbah-Mbeh, terdapat peninggalan lain yang tak kalah menarik, yaitu Sumur Upas. Sumur ini dahulu dipercaya memiliki air yang dapat menyembuhkan berbagai penyakit. Sayangnya, karena kurang terawat, sumur ini kini kering dan sebagian tertutup. Dahulu, sumur ini dianggap sakral dan menjadi sumber mata air penting pada masa kerajaan.
Di Watugaluh bagian timur, kita juga bisa menemukan lumpang bersejarah yang digunakan untuk menumbuk padi. Cerita menarik muncul ketika lumpang ini pernah dipindahkan ke Museum Mojokerto. Namun, lumpang tersebut secara misterius kembali ke tempat asalnya. Warga setempat percaya lumpang itu tidak bisa dipindahkan. Ada pula kepercayaan bahwa menutupi lumpang dengan kain jarik dapat menyebabkan sakit.
Selain itu, terdapat artefak lain berupa payung dan sebuah arca wanita menggendong bayi yang kini disimpan di Museum Mojokerto. Meski sudah tidak berada di Watugaluh, artefak ini tetap menjadi bukti kejayaan masa lalu desa tersebut.
Kisah mistis yang menyelimuti Watugaluh bukanlah sekadar mitos tanpa makna. Cerita-cerita ini mengajarkan pentingnya menghormati, menjaga, dan merawat peninggalan sejarah. Meski terdengar seperti kisah masa lalu, nilai-nilai tersebut menjadi pelajaran penting bagi kehidupan modern. Dengan berbagai peninggalan yang ada, kita diajak untuk memahami masa lalu yang membentuk identitas desa ini. Batu Mbah-Mbeh, Sumur Upas, lumpang, serta artefak lainnya menjadi bukti nyata bahwa Watugaluh pernah menjadi pusat peradaban penting. Dengan pelestarian dan penghormatan terhadap warisan leluhur, sejarah Watugaluh akan terus hidup dan dikenal oleh generasi mendatang.
0 Komentar
Thanks for your visiting and comments!