![]() |
Gorengan, camilan favorit [Foto:shutterstock] |
SIAPA yang bisa menolak gorengan? Camilan murah meriah dengan tekstur renyah dan rasa gurih ini memang sulit ditolak. Dari tahu isi, bakwan, tempe mendoan, hingga pisang goreng, semuanya begitu menggoda. Apalagi saat bulan Ramadan, gorengan menjadi buruan utama untuk menu berbuka puasa.
Gorengan bukan sekadar makanan, tapi sudah menjadi bagian dari budaya kuliner kita. Hampir di setiap sudut kota, kita bisa menemukan penjual gorengan yang selalu ramai pembeli. Tidak hanya di bulan puasa, gorengan juga menjadi camilan favorit di pagi hari sebagai teman minum teh atau kopi, serta di sore hari sebagai teman ngobrol santai.
Tapi tahukah kita bahwa kecintaan terhadap gorengan bisa berdampak besar pada ekonomi? Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), ada sepuluh kabupaten/kota di Indonesia yang warganya paling banyak mengonsumsi gorengan sepanjang 2024. Kabupaten Batang menempati posisi teratas dengan konsumsi rata-rata 5,68 gorengan per kapita dalam seminggu. Disusul Indramayu dengan 5,20 gorengan, serta Kota Pekalongan dengan 5,11 gorengan. Di posisi kesepuluh ada Brebes dengan konsumsi 4,62 gorengan per kapita dalam seminggu.
Kecintaan terhadap gorengan ini bukan tanpa konsekuensi. Konsumsi gorengan yang berlebihan dapat berdampak buruk bagi kesehatan. Minyak yang digunakan untuk menggoreng, terutama yang dipakai berulang kali, mengandung lemak trans yang berbahaya. Lemak ini dapat meningkatkan kadar kolesterol jahat (LDL) dan menurunkan kolesterol baik (HDL), yang berisiko menyebabkan penyakit jantung dan stroke.
Tak hanya itu, gorengan juga tinggi kalori dan dapat memicu obesitas jika dikonsumsi tanpa kontrol. Minyak berlebih dalam gorengan juga bisa memperlambat sistem pencernaan, menyebabkan gangguan seperti asam lambung naik dan perut tidak nyaman.
Dampak buruk dari konsumsi gorengan ini tidak hanya dirasakan oleh individu, tetapi juga ekonomi negara. Penyakit jantung yang salah satu pemicunya adalah konsumsi makanan berlemak, diperkirakan menimbulkan beban ekonomi hingga Rp 67,34 triliun pada 2024. Angka ini berasal dari proyeksi total klaim BPJS Kesehatan untuk penyakit jantung sebesar Rp 38,96 triliun dan estimasi produktivitas yang hilang akibat perawatan pasien penyakit jantung senilai Rp 28,38 triliun.
Meskipun gorengan tetap menjadi camilan favorit, kita perlu lebih bijak dalam mengonsumsinya. Tidak ada salahnya menikmati gorengan sesekali, tetapi penting untuk tetap menjaga keseimbangan pola makan dan kesehatan. Sebab, selain nikmat, kesehatan juga adalah aset berharga yang perlu kita jaga.
0 Komentar
Thanks for your visiting and comments!