Ad Code

Tren Belanja Sahur: Kebiasaan Baru di Era Digital?

Tren belanja online saat sahur [Foto: shuntterstock]

SIAPA sangka, waktu sahur yang selama ini identik dengan aktivitas makan dan ibadah kini berubah menjadi momen favorit masyarakat untuk berbelanja daring? Tren ini terungkap dalam laporan Tokopedia dan TikTok Shop by Tokopedia selama pekan pertama Ramadan 2025. Fenomena ini bukan sekadar kebiasaan iseng, tetapi mencerminkan perubahan perilaku konsumen yang semakin terdigitalisasi.

Kita mungkin berpikir bahwa waktu belanja favorit masyarakat adalah menjelang berbuka, atau lebih dikenal dengan istilah ngabuburit. Namun, data yang disampaikan oleh Kepala Komunikasi Tokopedia dan TikTok E-commerce, Aditia Grasio Nelwan, menunjukkan fakta sebaliknya. Saat sahur justru menjadi waktu paling sibuk untuk transaksi daring. Dalam periode 1-6 Maret 2025, nilai transaksi di Tokopedia dan TikTok Shop meningkat hingga 10,5 kali lipat dibandingkan hari biasa pada jam-jam sahur. Hal ini tentu menimbulkan pertanyaan: mengapa belanja daring saat sahur begitu digemari?

Salah satu alasan utama adalah kesempatan. Pada waktu sahur, kita cenderung memiliki waktu luang setelah makan sebelum memasuki waktu Subuh. Di saat inilah banyak orang memilih untuk memanfaatkan waktu dengan menelusuri produk-produk yang mereka butuhkan. Selain itu, faktor psikologis juga berperan. Dalam kondisi masih segar setelah istirahat malam, kita mungkin lebih rasional dalam mengambil keputusan pembelian dibandingkan saat menjelang berbuka, di mana rasa lapar bisa mempengaruhi keputusan belanja secara impulsif.

Dari segi kategori produk, tren ini pun memberikan wawasan menarik. Pada awal Ramadan 2025, Tokopedia mencatat peningkatan pencarian untuk produk parsel, kurma, dan camilan, sementara di TikTok Shop, bahan pokok seperti minyak goreng dan gula lebih banyak diminati. Ini menunjukkan bahwa selain untuk kebutuhan pribadi, belanja saat sahur juga berorientasi pada persiapan berbagi dan konsumsi jangka panjang.

Untuk kategori fesyen, kita bisa melihat preferensi yang cukup berbeda antara pengguna Tokopedia dan TikTok Shop. Di Tokopedia, pencarian lebih banyak mengarah ke baju muslim wanita, tas pria, dan hijab, sedangkan di TikTok Shop, pengguna lebih tertarik pada baju muslim pria serta peralatan ibadah seperti mukena. Perbedaan ini menarik karena mencerminkan pola belanja yang lebih spesifik di tiap platform.

Tren belanja di kategori rumah tangga juga memperlihatkan pola yang unik. Pengguna Tokopedia cenderung mencari pewangi pakaian, kantong plastik, dan bantal, sementara pengguna TikTok Shop lebih variatif dengan rak sepatu, peralatan kamar mandi, hingga payung dan jas hujan. Hal ini memperlihatkan bagaimana algoritma dan preferensi pengguna di masing-masing platform mempengaruhi perilaku belanja.

Dalam kategori kecantikan dan perawatan diri, Tokopedia mendominasi pencarian produk perawatan kulit, sabun, sampo, serta riasan. Di TikTok Shop, produk-produk seperti perawatan hidung dan mulut, parfum, serta riasan lebih banyak dicari. Ini menunjukkan bahwa pengguna TikTok Shop cenderung lebih tertarik pada produk yang menunjang penampilan dengan cara yang lebih instan.

Yang tidak kalah menarik adalah tren belanja produk elektronik. Pengguna Tokopedia lebih banyak mencari ponsel pintar, barang elektronik dapur, dan jam tangan pintar. Sementara di TikTok Shop, fokusnya lebih pada produk yang menunjang aktivitas digital, seperti power bank, lampu latar, tripod, dan jam tangan pintar. Hal ini menunjukkan bagaimana ekosistem konten digital semakin mendorong kebutuhan akan perangkat pendukung untuk pembuatan konten.

Dari data ini, kita bisa melihat bahwa perilaku belanja online tidak lagi semata-mata didorong oleh kebutuhan, tetapi juga oleh pola aktivitas dan kebiasaan yang berubah seiring perkembangan teknologi. Platform e-commerce kini bukan hanya sekadar tempat belanja, tetapi juga bagian dari gaya hidup yang melekat dengan kebiasaan sehari-hari kita.

Tren belanja sahur ini juga bisa menjadi peluang besar bagi para pelaku usaha. Dengan memahami pola konsumsi masyarakat, mereka bisa menyesuaikan strategi pemasaran dan stok produk mereka agar lebih sesuai dengan permintaan. Diskon khusus atau flash sale saat sahur bisa menjadi strategi yang efektif untuk menarik lebih banyak konsumen.

Namun, sebagai konsumen, kita juga perlu lebih bijak dalam berbelanja. Tren belanja sahur mungkin terlihat menarik, tetapi tanpa pengelolaan yang baik, bisa berujung pada pemborosan. Sebaiknya kita tetap berpegang pada kebutuhan dan anggaran yang telah direncanakan agar tidak tergoda belanja impulsif hanya karena promo yang menarik.

Selain itu, kebiasaan belanja daring saat sahur adalah cerminan dari bagaimana teknologi semakin mengintegrasikan diri dalam kehidupan sehari-hari kita. Momen sahur yang dulu hanya tentang makan dan ibadah, kini menjadi ajang transaksi digital yang semakin menggeliat. Pertanyaannya, apakah tren ini akan bertahan di Ramadan tahun-tahun berikutnya, ataukah hanya sekadar tren sesaat? Kita tunggu jawabannya di Ramadan selanjutnya.

Posting Komentar

0 Komentar

Ad Code