Ad Code

Urgensi Investasi Pendidikan dalam Mendorong Pertumbuhan Ekonomi

DALAM konteks ekonomi pembangunan, investasi dalam sumber daya manusia, khususnya pendidikan, merupakan salah satu kunci dalam mendorong pertumbuhan ekonomi suatu negara. Pemikiran ini pertama kali digagas oleh ekonom klasik seperti Adam Smith yang menekankan pentingnya keterampilan dan keahlian dalam menciptakan nilai ekonomi. Penelitian Theodore W. Schultz (1961) dan Edward F. Denison (1962) memperkuat pandangan ini dengan menunjukkan bahwa pendidikan berkontribusi langsung pada pertumbuhan pendapatan nasional melalui peningkatan keterampilan dan produktivitas tenaga kerja.

Menggunakan pendekatan akuntansi pertumbuhan, Schultz mengukur kontribusi pendidikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Sementara Denison menggunakan metode tingkat pengembalian modal manusia untuk mengukur efek pendidikan terhadap pertumbuhan output di berbagai negara. Menurut Denison, antara 1930 sampai 1960, peningkatan pendidikan tenaga kerja berkontribusi sebesar 23% terhadap pertumbuhan output Amerika Serikat. Angka ini juga terlihat di negara-negara lain seperti Kanada (25%), Belgia (14%), Inggris (12%), Argentina (16,5%), Malaysia (14,7%), Filipina (10,5%), Ghana (23,4%), Kenya (12,4%), dan Nigeria (16%).

Di Indonesia, hubungan antara pendidikan dan pertumbuhan ekonomi juga telah dikaji dalam beberapa penelitian. Studi oleh Todaro dan Smith (2011) menunjukkan bahwa investasi dalam pendidikan mampu meningkatkan produktivitas tenaga kerja dan mengurangi kemiskinan. Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2023 menunjukkan bahwa tingkat pengangguran terbuka di Indonesia lebih rendah pada individu dengan pendidikan tinggi dibandingkan dengan mereka yang berpendidikan rendah.

Selain kontribusi langsung, pendidikan juga berpengaruh secara tidak langsung terhadap pertumbuhan ekonomi. Model simultan yang diajukan Wheeler (1980) mengukur kontribusi pendidikan dalam mendorong pertumbuhan ekonomi melalui efek langsung dan tidak langsung. Model ini memisahkan antara sebab dan akibat, menyoroti pentingnya pendidikan dalam membentuk kemampuan individu untuk berinovasi dan beradaptasi dengan perkembangan teknologi.

Penelitian terbaru oleh Bank Dunia (2021) mengungkapkan bahwa negara-negara dengan pengembangan sumber daya manusia yang tinggi mengalami pertumbuhan ekonomi yang lebih pesat. Namun, hubungan ini tidak linier karena faktor eksternal seperti kebijakan pemerintah dan kualitas pendidikan juga memengaruhi hasil akhir. Di Indonesia, hal ini tercermin dari laporan World Bank (2022) yang menyebutkan bahwa peningkatan kualitas pendidikan dapat menambah pertumbuhan PDB hingga 1% per tahun.

Pentingnya investasi dalam pendidikan juga tercermin dalam tingkat pengembalian investasi. Berdasarkan laporan Bank Dunia (2022), tingkat pengembalian investasi pendidikan di negara berkembang berkisar antara 15-20%, lebih tinggi dibandingkan dengan investasi fisik yang hanya sekitar 9-10%. Studi lain oleh Psacharopoulos dan Patrinos (2018) menunjukkan bahwa setiap tambahan tahun pendidikan meningkatkan pendapatan individu hingga 10% di negara berkembang.

Meski demikian, Indonesia masih menghadapi tantangan dalam meningkatkan kualitas pendidikan. Data BPS pada 2023 menunjukkan bahwa angka putus sekolah di tingkat menengah atas mencapai 7,4%, dan masalah ketimpangan akses pendidikan masih nyata terutama di daerah terpencil. Pemerintah Indonesia melalui program Merdeka Belajar dan Program Indonesia Pintar berusaha mengatasi permasalahan ini dengan menyediakan akses pendidikan berkualitas dan inklusif.

Oleh karena itu, investasi pendidikan di Indonesia perlu difokuskan pada pendidikan dasar dan menengah serta pengembangan keterampilan vokasi agar sesuai dengan kebutuhan pasar kerja. Selain itu, perlu adanya evaluasi biaya peluang (opportunity cost) dalam investasi pendidikan dibandingkan investasi lain, seperti infrastruktur fisik. Analisis efisiensi internal dan eksternal perlu dilakukan untuk menentukan tingkat pendidikan yang paling optimal dalam mendukung pertumbuhan ekonomi.

Pendidikan tidak hanya dilihat dari perspektif ekonomi, tetapi juga dalam konteks pembangunan sumber daya manusia secara menyeluruh. Pendidikan yang berkualitas mendorong terciptanya masyarakat yang berdaya saing dan inovatif. Mengingat urgensi ini, pengalokasian dana pendidikan dalam APBN perlu ditingkatkan agar mencapai target 20% sebagaimana diamanatkan dalam UU Sisdiknas No. 20 Tahun 2003.

Dengan pendidikan yang berkualitas, Indonesia dapat menghasilkan sumber daya manusia unggul yang mampu menghadapi tantangan global dan mengoptimalkan potensi ekonomi. Hal ini akan mempercepat transformasi ekonomi Indonesia menuju negara maju pada tahun 2045, sesuai dengan visi Indonesia Emas 2045.

REFERENSI: 
  1. Badan Pusat Statistik (2023). Statistik Pendidikan Indonesia. Jakarta. 
  2. Delors, Jacques. (1996). Learning: The Treasure Within. Prancis: UNESCO Publishing. 
  3. Denison, Edward F. (1962). The Sources of Economic Growth in the United States and the Alternatives Before Us. New York: Committee for Economic Development. 
  4. Harbison, Frederick dan Charles A. Myers. (1965). Manpower and Education. USA: McGraw Hill Book Company. 
  5. Psacharopoulos, George dan Harry Anthony Patrinos. (2018). Returns to Investment in Education: A Decennial Review of the Global Literature. The World Bank. 
  6. Psacharopoulos, George dan Maureen Woodhall. (1985). Education for Development, An Analysis of Investment Choices. USA: A World Bank Publication. 
  7. Schultz, Theodore W. (1961). Investment in Human Capital. The American Economic Review, 51(1), 1–17. 8.
  8. Todaro, M. P., & Smith, S. C. (2011). Economic development (11th ed.). Addison-Wesley.
  9. World Bank. (2021). The Economic Returns to Education in Low-Income Countries.

Posting Komentar

0 Komentar

Ad Code